Senin, 13 Januari 2014

INTERVENSI KEPERAWATAN INKONTINENSIA URIN

A.      Askep inkontinensia urine

a.                                                                               Pengkajian
Dalam pengkajian ditanyakan kapan inkontinensia urine mulai muncul dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala inkontinensia :
§  Berapa kali inkontinensia terjadi ?
§  Apakah ada kemerahan, lecet, bengkak pada daerah perineal ?
§  Apakah klien mengalami obesitas ?
§  Apakah urine menetes diantara waktu BAK, jika ada berapa banyak ?
§  Apakah inkontinensia terjadi pada saat-saat yang bisa diperkirakan seperti pada saat batuk, bersin tertawa dan mengangkat benda-benda berat ?
§  Apakah klien menyadari atau merasakan keinginan akan BAK sebelum inkontinensia terjadi ?
§  Berapa lama klien mempunyai kesulitan dalam BAK / inkontinensia
        urine ?
§  Apakah klien merasakan kandung kemih terasa penuh ?
§  Apakah klien mengalami nyeri saat berkemih ?
§  Apakah masalah ini bertambah parah ?
§  Bagaimana cara klien mengatasi inkontinensia ?
b.                                                                              Pemerikasaan fisik
§  Inspeksi
        Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.
        Adanya benjolan atau tumor spinal cord
                         Adanya obesitas atau kurang gerak
§  Palpasi
        Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan
        Teraba benjolan tumor daerah spinal cord

§  Perkusi
        Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.

B.      Diagnosa Keperawatan

§              Kecemasan
§              Gangguan bodi image
§              Defisit pengetahuan
§              Kelemahan ( kurang aktivitas )
§              Gangguan Harga Diri
§              Gangguan Integritas Kulit

J.     Rencana Tindakan

§  Menjaga kebersihan kulit, kulit tetap dalam keadaan kering, ganti sprei atau pakaian bila basah.
§  Anjurkan klien untuk latihan bladder training
§  Anjurkan pemasukkan cairan 2-2,5 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.
§  Anjurkan klien untuk latihan perineal atau kegel’s exercise untuk membantu menguatkan kontrol muskuler ( jika di indikasikan )
Latihan ini dapat dengan berbaring, duduk atau berdiri
a.              Kontraksikan otot perineal untuk menghentikan pengeluaran urine
b.             Kontraksi dipertahankan selama 5-10 detik dan kemudian mengendorkan atau lepaskan
c.              Ualngi sampai 10 kali, 3-4 x / hari
§  Cek obat-obat yang diminum ( narkotik, sedative, diuretik, antihistamin dan anti hipertensi ), mungkin berkaitan dengan inkontinensia.
§  Cek psikologis klien.



SUMBER PUSTAKA


1.                    Charlene J. Reeves at all. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica, 2001.
2.                    Susan Martin Tucker at all. Patient Care Standarts Collaborative Planning & Nursing Interventions, Seventh Edition, St. Louis Baltimore Berlin : Mosby, 2000.
3.                    Luckmann’s, Suzanne E, Tatro. Care Principles and practise of Medical Surgical Nursing.
4.                    Christensen Kocknow. Adult Health Nursing, Third edition, St. Louis Baltimore, Boston : Mosby, 1999.
Susan Puderbangh, Susan W. Nursing Care Planning Guides, for Adult In Acute, Extended and Home Care 

PEMERIKSAAN DIAGNOSA DAN TERAPY

A.      Pemeriksaan Diagnosa

§              Pengkajian fungsi otot destrusor
§  Radiologi dan pemeriksaan fisik ( mengetahui tingkat keparahan / kelainan dasar panggul )
§  Cystometrogram dan elektromyogram

B.      Therapi

§              Urgensi
Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile)
Diberikan pada malam hari
Klien dianjurkan untuk sering buang air kecil 
§              Over flow inkontinensia
Farmakologis prazocine (miniprise) dan cloridabetanecol (urecholine)

Diberikan untuk menurunkan resistensi bagian luar dan meningkatkan kontraksi kandung kemih.

PATOFISIOLOGI INKONTENENSIA URIN

A.      Patofisiologi


Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan abdomen secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar panggul yang lemah dapat berakibat terjadinya inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagi lanjut usia.

Minggu, 12 Januari 2014

ETIOLOGI DAN MANISFESTASI KLINIK INKONTENENSIA URIN

A.      Etiologi

Inkontinensia urine pada umumnya disebabkan oleh komplikasi dari penyakit seperti infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter dan perubahan tekanan yang tiba-tiba pada abdominal.

B.      Manifestasi klinik

§              Urgensi
§              Retensi
§              Kebocoran urine

§              Frekuensi

DEFENISI DAN KLASIFIKASI INKONTENEMSIA URIN

A.      Definisi

Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak.
Sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.

B.      Klasifikasi

Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3 ( Charlene J.Reeves at all )
1.       Inkontinensia Urgensi
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.
2.       Inkontinensia Tekanan
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urine.
3.       Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )

Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KUSTA

Diagnosa Keperawatan
Menurut Spark (1991), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan kista coledocal adalah :
1.      Nyeri
2.      Gangguan kosep diri
3.      Perubahan nutrisi
4.      Gangguan pertukaran gas  

Intervensi
1.      Intervensi Medis
Tindakan pembedahan meliputi drainage internal melalui systerectomy dan eksisi. Angka morbiditas dari tindakan ini cukup tinggi. Dinding kista terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi selaput lendir. Kejadian yang tidak diharapkan adalah terjadinya obstruksi jaringan parut. Selanjutnya kista jaringan ikat tidak dapat kontraksi setelah drainase.
Morbiditas dapat pula disebabka oleh stasis bilier. Resiko lain adalah berkembangnya maligna akibat retensi kista. Untuk ini maka dianjurkan dilakukan reseksi kista.

Reseksi yang sukses memerlukan tindakan diseksi melingkar dengan memasukan plane antara kista dan vena porta sehingga memudahkan pengangkatan. Pada prosedur ini dapat terjadi cedera pada duktus pankreas. Prosedur alternatif lain dapat dilakukan bila secara anatomis porta terdesak oleh peradangan.

2.      Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan mengatasi masalah yang dijelaskan pada diagnosa kperawatan serta diarahkan untuk mencegah cedera. Secara umum tindakan keperawatan antara lain :
·         Mengurangi rasa nyeri
·         Membantu pasien untuk memulihkan konsep dirinya, menghadapi dan menerima realita serta mengembangkan pola pemecahan masalah.
·         Mencukupi kebutuhan nutrisi.
·         Mencukupi kebutuhan pertukaran gas.

DAFTAR PUSTAKA
Schwartz, Shires, Spenes, Principles of Surgery, Fith Ed. Mc. Graw Hill Book Co. 1988.
Sheila M. Sparks
Diagnosa Keperawatan
Menurut Spark (1991), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan kista coledocal adalah :
1.      Nyeri
2.      Gangguan kosep diri
3.      Perubahan nutrisi
4.      Gangguan pertukaran gas  

Intervensi
1.      Intervensi Medis
Tindakan pembedahan meliputi drainage internal melalui systerectomy dan eksisi. Angka morbiditas dari tindakan ini cukup tinggi. Dinding kista terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi selaput lendir. Kejadian yang tidak diharapkan adalah terjadinya obstruksi jaringan parut. Selanjutnya kista jaringan ikat tidak dapat kontraksi setelah drainase.
Morbiditas dapat pula disebabka oleh stasis bilier. Resiko lain adalah berkembangnya maligna akibat retensi kista. Untuk ini maka dianjurkan dilakukan reseksi kista.

Reseksi yang sukses memerlukan tindakan diseksi melingkar dengan memasukan plane antara kista dan vena porta sehingga memudahkan pengangkatan. Pada prosedur ini dapat terjadi cedera pada duktus pankreas. Prosedur alternatif lain dapat dilakukan bila secara anatomis porta terdesak oleh peradangan.

2.      Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan mengatasi masalah yang dijelaskan pada diagnosa kperawatan serta diarahkan untuk mencegah cedera. Secara umum tindakan keperawatan antara lain :
·         Mengurangi rasa nyeri
·         Membantu pasien untuk memulihkan konsep dirinya, menghadapi dan menerima realita serta mengembangkan pola pemecahan masalah.
·         Mencukupi kebutuhan nutrisi.
·         Mencukupi kebutuhan pertukaran gas.

DAFTAR PUSTAKA
Schwartz, Shires, Spenes, Principles of Surgery, Fith Ed. Mc. Graw Hill Book Co. 1988.
Sheila M. Sparks