I.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau
penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Bantu kebutuhan defekasi
(bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang
tirai dan segera buang feses setelah defekasi).
2. Tingkatkan/pertahankan
asupan cairan per oral.
3. Ajarkan tentang
makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.
4. Observasi dan catat
frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
5. Observasi demam, takikardia,
letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
6. Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik,
kortikosteroid).
|
Defekasi tiba-tiba dapat
terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan
klien.
Mencegah timbulnya
maslah kekurangan cairan.
Membantu klien
menghindari agen pencetus diare.
Menilai perkembangan
maslah.
Mengantisipasi
tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.
Antibiotika untuk
membunuh/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk
menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid
untuk menurunkan proses inflamasi.
|
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan
usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan tirah baring
selama fase akut/pasca terapi
2. Bantu perawatan
kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
3. Berikan diet TKTP,
sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur
kasar, nasi biasa)
4. Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
5. Bila perlu, kolaborasi
pemberian nutrisi parenteral.
|
Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera
makan.
Asupan kalori dan protein tinggi
perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.
Pemberian preparat zat besi dan
vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk
mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.
Pemberian peroral mungkin
dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.
|
3.
Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis
(ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola
interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Orientasikan klien dan
orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan
klien dan berikan umpan balik.
3. Tekankan bahwa kecemasan
adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat
ini.
4. Ijinkan klien ditemani
keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan
ketenangan lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian
obat sedatif.
6. Pantau dan catat respon
verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
|
Informasi yang tepat
tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing
terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima
situasi yang terjadi.
Mengidentifikasi faktor
pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat
dilakukan klien.
Menunjukkan bahwa
kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan
harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.
Memobilisasi sistem
pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.
Menurunkan kecemasan,
memudahkan istirahat.
Menilai perkembangan
masalah klien.
|
4.
Koping individu tak efektif (koping
menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan stesor
melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan
individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Bantu klien
mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sesuai didasarkan pada kekuatan
pribadi dan pengalamannya.
2. Mobilisasi dukungan
emosional dari orang lain (keluarga, teman, tokoh agama, penderita kanker
lainnya)
3. Kolaborasi terapi
medis/keperawatan psikiatri bila klien mengalami depresi/agresi yang ekstrim.
4. Kaji fase
penolakan-penerimaan klien terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler-Ross)
|
Penderita kanker tahap
dini dapat hidup survive dengan mengikuti
program terapi yang tepat dan dengan pengaturan diet dan aktivitas
yang sesuai
Dukungan SO dapat
membantu meningkatkan spirit klien untuk mengikuti program terapi.
Terapi psikiatri mungkin
diperlukan pada keadaan depresi/agresi yang berat dan lama sehingga dapat
memperburuk keadaan kesehatan klien.
Menilai perkembangan
masalah klien.
|
5.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan
belajar klien.
2. Jelaskan tentang proses
penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan
status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien.
3. Jelaskan tentang terapi
pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi
4. Tekankan pentingnya
mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.
|
Proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan pengetahuan klien
tentang masalah yang dialaminya.
Meningkatkan partisipasi dan
kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.
Penderita kanker yang
mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat
meningkatkan kualitas hidupnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar