Selasa, 17 Desember 2013

SAP PENYULUHAN



SAP PENYULUHAN

Mata Ajaran                : Keperawatan Anak
Pokok bahasan            : Dampak hospitalisasi pada Anak dan Orang Tua
Waktu                         : 1x pertemuan (30 menit)
Tempat                        : Lontara IV Lt. 2 Perawatan Anak kamar 1 Perja RS DR. wahidin Sudirohusodo
Sasaran                        : orang tua klien
Jumlah Peserta            :

A.     Latar belakang
1.      Sakit dan hospitalisasi menbimbulkan krisis pada kehidupan anak di RS. Anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Seringkali mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi mereka terhadap kejadian, respon mereka terhadap pengalaman, dan signifikansi yang mereka tempatkan pada pengamalan ini secara langsung berhubungan dengan tingkat perkembangan
2.      Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat manjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerjasam anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di RS ( Halstroom dan elander, 1997, Brewis. E, 1995, dan Brennan, A., 1994)

B.      Tujuan Umum



C.      Tujuan Khusus




D.     Materi
E.      Metode :   Ceramah
Tanya Jawab
F.       Media
G.     Strategi Pelaksanaan
Pembukaan : 2,5 menit
Penyuluhan : 15 menit
Tanya jawab : 10 menit
Penutup : 2,5 menit
H.     Criteria Evaluasi
·      Struktur : Penyuluhan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
·      Proses : 75 % dari seluruh peserta hadir pada kegiatan tersebut.
 50 % dari peserta mengajukan pertanyaan
 75 % dari peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
·      Hasil : peserta dapat :



I.        Kepustakaan
Supartini Yudi, S.Kp, M.Sc. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2004
Donna L. Wong. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi IV. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta. 2004.
Ida Samidah S.Kp, M.Kes. Catatan Kuliah Akper depkes Banta-Bantaeng. Makassar. 2000  


MATERI PENYULUHAN

Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alas an yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

1.      Reaksi anak, orang tua terhadap hospitalisasi
a.        Masa bayi (0-1 thn)
·      Stronger anxiety/cemas apabila berhadapan dengan orang lain yang tidak dikenalnya
·      Perpisahan dengan orang tuanya
Reaksi yang sering ditimbulkan : menangis terius-menerus dan berhenti jika sudah lelah, berteriak, banyak melakukan gerakan dengan sikap cemas
b.        Masa toddler(2-3 thn)
Stres akibat perpisahan, responnya, yaitu : protes, putus asa, pengingkaran cemas pada tahap protes, prilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, prilaku yang ditunjukkan adalahmenangis berkurang, anak tidak aktif. Kurang menunjukkan minat bermain dan makan. Pada tahap pengingkaran/denial : anak mulai menerima perepisahan membina hubungan secara dangkal, anak terlihat menyukai lingkungannya.
c.        Masa pra sekolah (3-6 thn)
Berpisah dari lingkugan yang dirasakannya aman, penuh kasih saying, dan menyenangkanb, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadao petugas kesehatan, kehilangan control terhadap dirinya, pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di RS seringkali dipersepsikan sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tub uhnya. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah, berontak, ekspresi verbaldengan menbgucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua
d.       Masa sekolah(6-12 tahun)
Perawatan anak di RS memaksa anak untuk berpisah dengan keluarga dan terutama dengan kelimpok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat adanya pembatasan aktivitas, berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan social, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Prilakunya jika merasa nyeri menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang dengan erat.
e.        Masa remaja(12-18 tahun)
Timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah denga teman sebayanya. Pembatasan aktivitas di Rs membuat anak kehilangan ontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di RS. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitas ini adalah dengan menolak peraweatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau koopertatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga. Perasaan sakit karena perlulaan atau pembedahan, menimbulkan respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan dan menolak kehadiran orang lain
2.      Reaksi orang tua
a.        Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengamb ilan darah, injeksi, infuse, dilakukan lumbal pungsui. Saat berlangsung orang tua bahkan menangis karena tidak tega melihat anaknya. Perasaan cemas juga dapat m,uncul pada saat pertama klai dating ke RS dan membawa anaknya untuk dirawat, merasa asing dengan lingkungan RS
b.        Perasaan sedih
Muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Di satu sisi orang tua dituntut untuk berada di samping anaknya dan memebri bimbingan spiritual pada anaknya, dan di sisi lain mereka menghadapi ketidakberdayaannya karena perasaan terpukul dan sedih yang amat sangat. Pada kondisi ini, orang tua menunjukkan [rilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan(Supartini,2000)
c.        Perasaan frustasi
Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak menga;lami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun dari kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan m,enginginkan pulang paksa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar