Intervensi Keperawatan bertujuan untuk
membantu lansia dalam memelihara fungsi kognitif secara optimal,meningkatkan
keselamatan fisik, menurunkan ansietas dan agitasi, memperbaiki komunikasi dan
meningkatkan kemandirian dalam aktivitas asuhan – diri, memberikan kebutuhan
sosialisasi dan keintiman pasien, menjaga pemenuhan gizi yang memadai,
mengatasi gangguan pola tidur,dan mendukung serta mendidik pemberi perawatan
dalam keluarga.
A. Asuhan Keperawatan Klien Dimensia
a. Pengkajian
Pengkajian kasus dimensia pada lansia dapat
digunakan beberapa instrumen :
1. Skala rentang dimensia
2. Skala Dimensi fungsi
instrumen
ini bukan hanya untuk mengidentifikasi dimensia namun dapat pula digunakan
untuk mengkuantifikasikan berdasarkan derajat keparahannya. ( lampiran . 1 dan 2 )
b. Diagnosa
Keperawatan
1. Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
3.
Perubahan
sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori
4. Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
5. Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
6. Perubahan pola eliminasi b/d ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/
mengenali kebutuhan
7. Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu.
c. Intervensi Keperawatan
1. Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
·
Tempatkan pada ruangan
pribadi jika mungkin dan bergabung dengan orang
terdekat dalam aktivitas perawatan, waktu makan dst.R : perawatan dirumah sakit mengubah aktivitas rutin pasien dapat
menimbulkan peningkatan masalah tingkah laku bahkan pda orang dengan gangguan
kognitif sekali pun.
·
Tentukan jadwal
aktivitas pasien yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin rumah sakit
sebisa mungkin.R : konsistensi
memberikan jaminan dan mungkin mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa
kebersamaan.
·
Berikan penjelasan,
informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa.R : menurunkan “rasa terkejut”
·
Pertahankan dalam
keadaan tenang.R : Menenangkan
situasi dan memberi pasien waktu untuk memperoleh kendali terhadap perilaku dan
emosinya.
·
Beri dorongan dengan
penggunaan sentuhan jika pasien tidak mengalami paranoid atau sedang mengalami
agitasi sesaat.R : Memberikamn
keyakinan, menurunkan stress, meningkatkan kualitas hidup.
2. Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
§ Lakukan
pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
R
: Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami
kesalahan persepsi atau perasaan terancam oleh imajinasi orang dan/atau situasi
tertentu.
§
Tatap wajah ketika
bercakap-cakap dengan pasien
R : Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguabn
perceptual.
§ Panggil
pasien dengan namanya.
R : Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan
terhadap realita dan individu
§
Gunakan suara yang
agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada pasien.
R : Meningkatkan kemungkinan pemahaman. Ucapan yang
tingi dan suara yang keras menimbulkan stress/marah yang kemungkinan dapat
mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi provokasi respons marah.
3. Perubahan
sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas sensori.
§
Anjurkan untuk
menggunakan kacamata, alat bantu pendengaran sesuai keperluan.
R : Dapat meningkatkan masukan sensori, membatasi/menurunkan kesalahan
interpretasi stimulasi.
§
Berikan lingkungan yang
tenang dan tidak kacau jika diperlukan seperti musik yang lembut,
gambar/dinding cat sederhana.
R : Membantu untuk menghindari masukan sensori penglihatan/pendengaran yang
berlebihan dengan mengutamakan kualitas yang tenang, konsisten.
§
Tingkatkan keseimbangan
fungsi fisiologis dengan menggunakan bola lantai, tangan menari dengan disertai
musik
R : Menjaga mobilitas (yang dapat menurunkan risiko terjadinya atrofi atau
osteoporosis pada tulang)dan memberikan kesempatan yang berguna untuk interksi
dengan orang lain.
§ Berikan
sentuhan dalam cara perhatian
R
: Dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri.
4. Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
§
Hindari penggunaan
“pengikatan” secara terus menerus
R
: Resiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
§
Evaluasi tingkat
stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
R : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak
kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
§ Berikan
makanan kecil sore harui, susu hangat, mandi dan masase punggung.
R : Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
§ Berikan
kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak,anjurkan latihan saat siang hari,
turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari.
R
: Karena aktivitas fisik dan mentalyang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanps stimulasi berl;ebihan
yang meningkatkan waktu tidur.
5.
Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
§ Identifikasi
kesulitan dalam berpakaian/perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik,
apatis/depresi; penurunan kognitif atau temperatur ruangan.
R : Memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi/strategi
§
Perhatikan adanya
tanda-tanda non-verbal yang fisiologis.
R : Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa mungkin menyebabkan
pasien mengungkapkan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti
terengah-engah.
§
Beri banyak waktu untuk
melakukan tugas.
R : Pekerjaan yang tadinya mudah (mis. Berpakaian, mandi) sekarang menjadi
terhambat karena adanya penurunan keterampilan motorik dan perubahan kognitif
dan perubahan fisik.
§
Bantu untuk mengenakan
pakaian yang rapi/berikan pakaian yang rapi dan indah.
R : Meningkatkan kepercayaan, dapat menurunkan perasaan kehilangan dan
meningkatkan kepercayaan untuk hidup
§
Identifikasi kebutuhan
akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan
rambut/kuku/kulit bersihkan kacamata dan gosok gigi.
R : Sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar
mungkin dilupakan.
6. Perubahan pola eliminasi b/d ketidak
mampuan menentukan letak kamar mandi/ mengenali kebutuhan
§
Kaji pola sebelumnya dan
bandingkan dengan pola yang sekarang.
R : Memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin memerlukan
pengkajian/intervensi
§
Letakkan tempat tidur
dekat dengan kamar mandi jika memungkinkan. Buat tanda tertentu/pintu berkode
khusus. Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari.
R : Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinensia mungkin
disertai ketidakmampuan untuk menemukan tempat berkemih/defekasi.
§
Buat program latihan
defekasi/kandung kemih. Tingkatkan parttisipasi
pasien sesuai tingkat kemampuannya.
R : Menstimulasi kesadaran pasien,
meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan.
§
Hindari perasaan yang
diburu-buru .
R : Hal yang terburu-buru tersebut dapat
diterima sebagai suatu instruksi
yang menimbulkan keadaan marah dan tidak kooperatif dengan aktifitas.
7. Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu.
§
Libatkan semua orang
terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien di rumah.
R : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
§ Buat
prioritas.
R
: Membantu untuk membuat satu pesan tertentu dan memfasilitasi pemecahan
masalah yang ada.
§ Diskusikan
kemungkinan adanya isolasi. Berikan penguatan kebutuhan terhadap system
dukungan.
R
: Kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua kebutuhan pasien
meningkatkan risiko penyakit fisik/mental.
§ Berikan
impan balik yang posistif terhadap
setiap usaha yang dilakukannya.
R
: Memberikan keyakinan pada individu bahwa mereka sedang melakukannya dengan
cara yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar