Kriteria diagnostik untuk CPRS tipe I (Merskey & Bogduk 1994)
antara lain.
- Adanya kejadian yang merusak atau penyebab imobilisasi
- Nyeri terus menerus, allodynia atau hiperalgesia di mana nyeri yang muncul tidak sesuai dengan penyebabnya.
- Bukti adanya edema pada waktu tertentu, perubahan aliran darah pada kulit atau kelainan aktifitas sudomotor pada region yang terasa nyeri.
- harus ditemukan keadaan di mana tidak ada kondisi lain yang diduga menjadi penyebab beberapa derajat nyeri dan disfungsi yang semestinya terjadi.
Kriteria 2 sampai 4 sudah dapat menentukan diagnosis.
Kriteria diagnosis untuk CRPS tipe II, antara lain:
1.
Adanya rasa nyeri terus
menerus, allodynia, atau hiperagesia setelah cedera saraf, tidak hanya terbatas pada daerah saraf yang terkena (cedera).
2.
Adanya bukti edema pada waktu
tertentu, perubahan aliran darah pada kulit atau adanya kelainan aktifitas sudomotor pada region nyeri.
3.
harus ditemukan keadaan di mana
tidak ada kondisi lain yang diduga menjadi penyebab nyeri dan disfungsi yang
semestinya terjadi.
Bila 3 kriteria tersebut
terpenuhi, maka diagnosis dapat ditegakkan.
Saat ada bukti atau dugaan
keterlibatan simpatis, terapi agresif
termasuk blokade saraf simpatis, harus segera dilakukan. Sayangnya,
hasil yang dicapai kurang memuaskan dan pada beberapa kasus masih sulit dikendalikan, melihat
setiap terapi hanya berdasarkan coba-coba. Kemungkinan peranan terbesar blok adalah untuk mengurangi
nyeri dan menfasilitasi fisioterapi (Charlton 1990). Penyembuhan menjadi lambat
begitu terjadi perubahan distrofik dan berbagai kondisi dapat terjadi menyusul
peningkatan nyeri dan disabilitas yang tidak dapat pulih. Blok anestetik lokal
tampaknya lebih baik dari terapi konservatif dalam sebuah penelitian tanpa kontrol terhadap pasien-pasien RSD (Wang dkk
1985) Blok simpatis dan somatik ekstremitas atas secara terus menerus dapat dilakukan
dengan menggunakan infus yang diberikan melalui kateter pleksus brachialis.
Teknik ini telah digunakan dalam perawatan RSD dan setelah bedah mikrovaskuler
rekonstruktif (Manriques & Pallares 1978).
Tidak diragukan lagi, terkadang pasien dengan nyeri
neuropatik atau CRPS merasakan manfaat blok simpatis, namun pengidentifikasian pasien-pasien ini amat
sulit dan banyak pertanyaan mengenai patologinya yang harus dijawab. Belum ada
pedoman jelas mengenai indikasi untuk teknik-teknik dan frekuensi optimal yang
berbeda, interval dan durasi terapinya masih belum ditegakkan.
Indikasi lainnya
Sebagai tambahan terhadap kondisi-kondisi tersebut diatas, penulis
lain telah menyarankan blok simpatis antara lain : blok ganglion
stellata untuk “Bell’s Palsy” , toksisitas kinin, oklusi arteri retina dan
tipe-tipe tertentu dari kehilangan pendengaran akut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar