PENILAIAN
DIAGNOSTIK
Enzim
Jantung
Kerusakan
miokard mengkibatkan pelepasan bermacam-macam marker biokimia intraseluler
termasuk kreatin kinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH), transaminase serta
troponin I dan T (tabel 34-2). Biasa kadarnya ditemukan abnormal setelah infark
yaitu peningkatan total serum CK dan dimerik isoform CK-MB (isoenzim kreatin
kinase pada sub unit otot dan otak). Pada khususnya, sesudah infark CK
meningkat antara 4 sampai 8 jam dan mencapai kadar maksimal antara 12 sampai 24
jam. Sebagai akibat, klirens yang lebih cepat, CK-MB biasanya kembali ke nilai
normal sebelum total CK. Ukuran CK dan isoenzim sangat sensitif tapi dalam
jumlah yang sedikit CK-MB dapat juga ditemukan pada jaringan yang lain, jadi
perawatan harus mengacu pada peningkatan interpretasi CK-MB sesudah operasi
atau trauma.
Tabel 34-2.
Karakteristik protein assay serum miokardial
Assay
|
Waktu maksimum
|
Kembali ke
nilai normal
|
Sumber lain
|
Kreatin
kinase
Kreatin
kinase-MB
Laktat
dehidrogenase
Aspartat
aminotransferase
Troponin
I
Troponin
T
Mioglobin
|
12 – 24 jam
12 – 20 jam
3 – 6 hari
18 – 36 jam
8 – 24 jam
10 – 18 jam
4 – 8 jam
|
3 – 4 hari
2 – 3 hari
8 – 14 hari
3 – 4 hari
4 – 8 hari
10 hari
1 – 2 hari
|
-
otot, hati, paru, traktus GI, otak,
ginjal, spleen,
-
otot, uterus, traktus GI, tiroid,
prostat, uretra
-
abiquitus
-
otot, hati, paru
-
tidak ada
-
otot
-
otot
|
LDH
adalah enzim tetrametrik, terdiri dari sub unit M (untuk otot) atau H (untuk
jantung). Sub unit ini merupakan kombinasi dari 5 bentuk isoenzim, dimana
kelima bentuk isoenzim ini diberi nomor berdasarkan perpindahan elektroponetik.
LDH 1 dan 2 dominan ditemukan dijantung tapi LDH 1 juga ditemukan di otak,
abdomen dan pankreas. Oleh karena enzim ini lambat mencapai kadar maksimal maka
ukuran LDH tidak penting jika level isoenzim CK memberi hasil yang tepat. Rasio
LDH 1 / LDH 2 yang lebih besar dari 1,0 mempunyai spesifisitas >90% dan
sensitivitas antara 80% - 90% untuk infark miokard.
Baru-baru ini, ditemukan marker
sebagai akibat kerusakan pada miokard yaitu toponin (T dan I). Tidak seperti CK
dan LDH, troponin T dan I tidak biasanya terdeteksi dalam serum dengan tidak
adanya kerusakan miokard. Dengan kecepatan immunoassay untuk troponin I dan
spesififsitasnya, ukuran marker ini dapat cepat menjadi test pilihan untuk
perioperatif dan pasien ICU. Karena peningkatan troponin I pada keadaan angina
tidak stabil yang berat memperlihatkan prognosis yang tidak baik, beberapa
menganjurkan menggunakan troponin I untuk triase pasien.
Ekhokardiography
Disfungsi
sistol ventrikel kiri merupakan indikator prognosis yang penting dalam penyakit
iskemik jantung. Ekhokardiography, berdasarkan atas kapasitasnya untuk menilai
secara menyeluruh dan regional fungsi ventrikular maka dapat menjadi alat yang
berguna dalam menilai pasien dengan penyakit arteri keronaria. Analisis fungsi
regional termasuk sebagai penilaian kedua penebalan dinding atau gerakan
menyebabkan terbentuknya scar atau hipopertusi miokard kronik. Pada saat
bersamaan, pada daerah kontraksi miokard yang normal, setiap asinergis regional
menyebabkan tingginya resiko penyakit iskemik jantung. Ekhokardiography 2
dimensi juga sangat akurat dalam mendeteksi disfungsi regional miokard selama
transien iskemik (meskipun perubahan yang kecil dapat menyebabkan sespsis
hebat, dimana sama sekali berubah jika pasien selamat). Bersamaan dengan
latihan atau debutamin-peningkatan kontraktilitas, ekhokardiography mempunyai
nilai prediktif untuk mendeteksi penyakit arteri koronaria yang hampir sama
dengan pemeriksaan perfusi imaging single-photon emissin computed tomography
(SPECT).
Nuclear Imaging
SPECT
perfusi miokard imaging dengan sestaMIBI yang disebut dengan tallium-201 atau
tallium-99m, sangatlah sensitif untuk mendiagnosa penyakit arteri koronaria.
Ketika tallium diinjeksi ke intravena, akan terakumulasi dalam perfusi miokard.
Dengan terbatasnya aliran darah pada stenosis arteri koronaria, permulaan
planar atau tomographi image menunjukkan potongan regional dalam pengambilan
cahaya. Sesaat setelah pengambilan awal, terjadi redistribusi untuk hipoperfusi
miokard. Iskemik ditimbulkan oleh revewrsibilitas dari defek regional pada
keterlambatan gambar, mengingat fiksasi dari defek perfusi menunjukkan adanya
scar.
SPECT dapat
dilakukan bersamaan atas pengamatan atau pemberian inpus difpiridomal, adenosin
atau debutamin untuk mengidentifikasi daerah miokardium, dimana daerah darah
koronaria dibatasi oleh adanya sterosis arteri. Barubaru ini, hasil pengamatan
menghasilkan tentang penggunaan SPECT image untuk membantu diagnosis
gejala-gejala koronaria akut. Di ICU, pemberian sinar selama atau sesudah
iskemik dapat mengidentifikasi lokasi atau beratnya penyakit, dengan demikian
SPECT dapat memberikan informasi tentang prognosis penyakit.
Kateterisasi
arteri Pulmonal
Kateterisasi
jantung kanan kemungkinan sangat bermanfaat dalam memberikan terapi untuk
pasien iskemik si ICU. Katetterisasi aliran langsung dari sirkulasi arteri
pulmonar dapat menentukan dengan cepat ukuran vena sentral, ventrikel kanan,
arteri pulmonar dan desakan tekanan arteri pulmonal. Belakangan ini, kira-kira
tekanan diastol akhir dari ventrikal kiri,
seringkali meningkat pada keadaan iskemik. Pemunculan gelombang V yang
besar pada desakan tekanan yang menyebabkan regurgitasi mitral, hal ini mungkin
disebabkan oleh iskemik papiller disfungsi otot atau ruptur. Pengukuran desakan
tekanan arteri pulmonal dan kardiak output digunakan dalam intervensi
pasmakologik. Kateterisasi jantung kanan pada infark miokard dapat dapat juga
bermanfaat dalam pengenalan infark ventrikal kanan dan ruptor septum ventrikal.
Kateterisasi arteri pulmonal seharusnya dipertimbangkan kapanpun juga pada
dugaan adanya iskemik miokard yang diasosiasikan dengan perubahan hemodinamik.
Arteorigrafi
koronaria
Arteorigrafi
koronaria tetap menjadi standar utama untuk menggambarkan derajat beratnya
kerusakan anatomik pada penyakit arteri koronaria. Diantara pasien-pasien di
ICU, arteorigrafi koronaria biasanya disediakan pada pasien yang gagal dalam
terapi medikal untuk menolong pemberian terapi yang lebih agresif, seperti
angioplasti atau pencangkokan arteri koronaria. Hal ini juga boleh digunakan
dalam penaksiran resikopenderita penyakit jantung preoperaktif pada prosedur
nonkadiak pada pasien ini.
PENATALAKSANAAN
ISKEMIK DAN INFARK
Tujuan
terapi pada penderita iskemik miokard di ICU adalah untuk menormalkan
keseimbangan suplai atau kebutuhan oksigen. Terapi seharusnya diberikan untuk
menambah oksigen pada semua pasien, diuretik kestabilan hemodinamik pasien
dengan edema paru dan penambahan antitrombotik dan antianginal.
Nitrat
Terapan
awal pada penderita iskemik harus memberikan nitrat (Tabel 34-3). Nitratdapat
menyebabkan venodilatasi, yang menyebabkan tekanan diastrol, nitrat juga
menyebabkan dilatasi arteriolar yang menyebabkan penurunan tekanan arterial
sistemik dan afterload ventrikal.
Tabel 34 – 3.
Dosis dan farmakologi nitrat
Nitarat
|
Dosis Anjuran
|
Onset
|
Durasi
|
NTG sublingal
Sepotong NTG
Salep NTG
NTG intravena
Isoserbid
mononitrat
Isoserbid
dinitrat
|
0,3 – 0,4 mg
0,1 – 0,3 mg/h
0,5 – 2 inci
gbh
10 – 200
mg/mnt
10 – 60 mg bid
10 – 60 mg tid
|
2 – 5 mnt
30 – 60 mnt
20 – 60 mnt
0,25 – 2 mnt
30 mnt
15 – 30 mnt
|
10 – 30 mnt
8 – 14 mnt
3 – 8 jam
5 mnt
6 – 8 mnt
3 – 6 jam
|
NTG :
Nitrogliserin
Nitrat
dapat juga mengemballikkan spasme arteri koronaria yang menyebabkan peningkatan
aliran darah miokard. Oleh karena efeknya pada preload, maka nitrat sangat
berguna berguna pada pasien dengan peningkatan tekanan pengisian jantung kiri,
seperti pada gagal jantung kongestif. Efek yang paling merugikan dari
nitrogliserin adalah hipotensi, yang dapat memperberat iskemik miokard. Oleh
karena itu, nitrat seharusnya dihindari dalam keadaan hemodinamik besar yang
membahayakan atau stenosis serta yang berat. Nitrogliserin sublingual boleh
diberikan dengan monitor tertutup dari hemodinamik. Jika terdapat angina atau
abnormatika Ekg, tambahan dosis nitrogleserin sublingual dapat diberikan 5
menit, sepanjang masih bisa ditoleransi secara hemodinamik. Untuk kontrol yang
lebih tepat, pemberian nitrogleserin intravena secara kontinyu dapat dimulai
dan dititrasi sampai gejala-gejala yang muncul dapat dikontrol atau sampai
terjadi penurunan tekanan arteri pada 10% pasien yang normatensiu atau sekitar
25% pada pasien yang hipertensi. Tolenransi nitrat dapat disebabkan karena
pemberian secara intravena yang lama, mengakibatkan gejala rekuren atau
hipertensi relatif. Terapi nitrat yang lama dapat menjadi nefektif dengan
isoserbi dinitrat atau mononitrat, atau dengan nitrogleserin dalam potongan
kecil, inidapat memberikan suatu periode bebas dari setiap hari untuk
menghindari terjadi tolenransi nitrat. Nitrat dapat menyebabkan sakit kepala
sebagai efek samping tetapi biasanya dapat diatasi dengan pemberian analgetik
dan sembuh dalam satu minggu.
Beta
Bloker
Beta
bloker merupakan dasar terapi pada iskemik miokard akut (tabel 34 –3),
sebenarnya sama dengan agen trombolitik dan tidak seperti dengan kebanyakan
agen lainnya yang umum digunakan, beta bloker ditemukan mujarab dalam angka
kematian akut pada kedaan infark miokard akut. Dengan penurunan denyut jantung,
tekanan dan kontraktilitas. Beta bloker secara efektif mengurangi kebutuhan
oksigen miokard. Sebagai tambahan, efek kronotropik negatif beta bloker
mengakibatkan perpanjangan diastul dengan penambahan aliran darah koronaria
yang sesuai semua pasien iskemik, terutama dengan refleks takikardi atau
bersamaan dengan hipertensi adalah calon potensial untuk beta bloker kecuali
mereka mempunyai tanda gagal jantung atau brakardi yang bermakna atau
kontraindikasi lain pada blokade beta seperti penyakit jalan napas reaktif.
Kontraindikasi relatif lainnya pada penggunaan beta bloker termasuk stenosis
aortic yang berat defek konduksi atrio ventrikular dan penyakit arteri perifer.
Bronkhospasme dapat diminimalkan dengan menggunakan obat beta, kardioselektif,
seperti atenolol, esmolol atau metaprolol. Pada dosis yang lebih tinggi, obat
ini menjadi kurang seletif dan dapat mengurangi aliran ekspirasi melalui
blokade reseptor beta dijalan napas. Beberapa beta bloker, seperti propranolol,
metaprolol dan labetolol, mempunyai membran stabilizing atau aktifitas seperti
guinidine. Sperti efek anitaritmia tipe I tidak berhubungan dengan sifat beta
durasi aksi potensil, yang mana ini dapat bermanfaat pada pasien yang cenderung
iskemik disebabkan oleh takianitratmia ventikiular. Metoprolol adalah sebuah
beta bloker pilihan pertama karena kardroselektif dan aktifitas membran
stabilizingnya.
Tabel 34-4.
Dosis dan farmakologik beta bloker
Bloker
|
Dosis awal
|
Dosis
maintenance
|
Waktu paruh
|
Metaprolol
Propramolol
Esmolol
Labetalol
|
5
mg IV atau 12,5 mg per oral tiap 6 jam
10
mg per oral tiap 6 jam
500
mg/kg diatas 1
menit
50
mg per oral tiap 12 jam atau 10 mg IV tiap 6 jam
|
50-100
mg per oral tiap 12 jam
40-80
mg per oral tiap 6 jam
50-300
mg/kg/menit
100-400
mg per oral tiap 12 jam
|
3
– 4 jam
3,5
– 6 jam
9
menit
6
jam
|
Calsium
Channel Blocker
Calsium
channel antagonis adalah juga agen antianginal yang efektif dan seharusnya
dipertimbangkan sebagai terapi kedua untuk iskemik di ICU. Varietas calsium
channel blocker dapat tersedia, masing-masing efeknya berbeda pada
kontraindikasi atau konduksi atrioventrikular (tabel 34 – 5).Ketika pemberian
oral, terapi calsium channel blocker seharusnya dimulai dengan dosis rendah dan
titritasi ditolenrasi. Verapamil, dritazem dan nicar dicardipine dapat juga
diberikan dengan infus intravena yang kontinyu. Kemanjuran dari calsium channel
blocber pada sindrom koronia yang tidak stabil tidaklah terbukti secara random,
dikontrol dengan percobaan klinik. Agen ini sangat bermanfaat untuk pasien
dengan iskemik meskipun terapi dengan nitrat dan beta blokses, diteruskan. Pada
banyak pasien dengan angiinan stabil, penggunaan kombinnasi beta blokes dan
calsium channel blocber lebih efektif dari pada monoterapi. Beberapa agen,
seperti dihidropiridine dapat menyebabkan refleks takikardi, ini menganggu
secara potensial pada pasien dengan iskemik. Kontraindikasi relatif calsium
channel blocker termasuk stenosis aortik yang berat, defek konduksi
atrioventrikular, gagal jantung dan hipotensi. Tambanhan obat seringkali
digunakan di ICU yang dapat saling mempengaruhi dengan kalsium antagonis
termasuk amiodarone (mempunyai potensi pada defek atrioventrikular), Cimetidine
(meningkatkan bio avvailabilitas kalsium antagonis), bloker merumuskan
(potensial aksi kalsium antagonis), Cyclosporine dan digoksin (meningkatkan
level plasma), quinidine (mengurangi level plasma) dan phenobarbital dan
rifampin ( mengurangi prodiksi enzim hepatik).
Tabel 34-5.
Dosis dan farmakologik calcium channel blocker
Nama
|
Dosis awal
|
Dosis
maintenance
|
Waktu paruh
|
Vasodilatasi
|
Inotropik atau
kronotropik negatif
|
Verapamil
Diltiazem
Amlodipine
Nifedipine
|
40
mg per oral tiap 8 jam
30
mg per oral tiap 8 jam
2,5
mg per oral tiap 1 jam
10
mg per oral tiap 8 jam
|
80-120
mg per oral tiap 8 jam
60-120
mg per oral tiap 8 jam
10-20
mg per oral tiap 1 jam
30-90
mg per oral tiap 24 jam
|
3
– 7 jam
3,5
– 6 jam
35
– 50 jam
2
– 5 jam
|
+
+ +
+ + +
+ + +
|
+ + +
+ +
+
+
|
+
= efek ringan; ++ = efek sedang; +++ = efek kuat
Analgesia
Pada
penambahan terapii antianginal tradisional dengan nitrat, beta blokes dan calsium channel blocker, analgetik efektif
seharusnya dijalankan untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokard. Opioid,
sperti morfin sulfat, fentynal dan meperidine, khususnya bermanfaat dan
mempunyai kapasitas vasodilator sedang dalam penambahan efek analgetiknya
marfin (2-5 mg IV q10 –20 mnt) dan fentanyl (25-50 mg IV q 5-30 menit)
dipertimbangkan sebagai terapi pertama, kecuali pada pasien yang terbukti alergi.
Pada pasien dengan iskemik interior, meperidine dapat bermanfaat khususnya
sebagai hasil dan khasiat vagolitiknya. Dengan dosis kumulatif dari opioid,
pemeliharaan harus diambil untuk menghindari depresi pernapasan yang dapat
menimbulkan hipoksemia dan iskemik yang lebih buruk.
Agen
Anti hombolik dan Anti platelet
Anti
platelet dan antikoanguler adalah adalah kunci komponen terapi untuk iskemik
miokard. Pada pasien dengan anginan tidak stabil hanya aspirin, heparin atau
kombinasi dari keduanya efektif dalam mengurangi kejadian kardiak di
rumahsakit. Aspirin digunakan dengan efek manfaatnya melalui pengobatan reaksi
gyclooksigenose dan hidroperoksidase, jadi pembatasan produksi tromboksane A2,
sebuah vasokontriktor kuat dan menyebabkan agregasi platelet. Efek manfaat
heparin digunakan melalui gangguan pengaliran koagulasi tetapi juga melalui
penghambatan agregasi platelet. Pada pasien di ICU, obat-obat ini dapat
meningkatkan resiko pendarahan gastrointestinal. Untuk iskemik miokardial akut
terapi aspirin seharusnya segera dimulai dengan 325 mg diberikan secara oral
atau rektal. Heparin intrvena diberikan pada basis berat dengan bolus 70
unit/kg, melaui infus kontunyu dengan kecepatan 18 unit/kg jam (lihat Chapter
12). Syarat-syaratheparin dapat bervariasi dan terapeutik optimal bermanfaat
dengan meminimalkan komplikasi pendarahan yang paling bagus dikerjakan ketika
waktu trombobplastik diaktifkan sebagian yaitu dikontroll pemeliharaan pada 2,0
sampai 2,5 kali.
Agen
trombobplastik baru juga telah diselidiki dan sedang terbukti untuk kemajuan
pada angina tidak stabil. Pada kenyataannya penghambatan reseptur platelet II b
/ IIIa dapat ditunjukkan untuk mengurangi kejadian koronia yang merugikan pada
pasien pada angina tidak stabil selama terapi medikal dan hubungannya dengan
angioplasti koronaria. Hal ini akan muncul sebagai peristiwa penting dalam
gejala ini, dan peran tepatnya masih sedang dikembangkan, low molekular weight
heparins (LMWH) juga telah menunjukan untuk menjadi seefektif heparin dan dapat
digunakan pada pasien-pasien tersebut. Manfaat menggunakan LMWH termasuk
kemudahan administrasi dengan infeksi subkutan dan eliminasi kebutuhan untuk
monitor laboratorium pada waktu partial trombloplastik dengan agen ini.
Penghambatan trombin secara langsung seperti bivalindin (Hirulog) dan hirudin,
dapat juga menjadi alternatiif yang bermanfaat.
Pengamatan
Pada Pasien Infark
Ketika bukti EKG dari infark miokard ada,
pertimbangan segera harus diberikan untuk terapi langsung pada stabilitas
kembali potensi koronaria terapi trombolitik intravena diberikan ketika ada
peninggian segmen ST tertentu baru-baru ini )dalam 6 jam) dan tidak ada
kontraindikasi seperti pendarahan aktif, belakangan ini stroke, hipertensi
persisten, baru-baru ini pembedahan atau trauma, retinopati dan komobid
signifikan. Tidak ada bukti bahwa pasien dengan depresi segmen ST akan
bermanfaat dari trombolitik, angioplasti primer pada infark miokard akut adalah
sebuah alternatif dan bukti menganjurkan bahwa perkutaneur transluminal
koronaria angioplasti (PTCA) dengan segera diasosiasikan denga kecepatan
potensi yang lebih tinggi dan resiko lebih rendah dari reinfark, kematian dan
prekuensi pendarahan intrakonial ketika dibandingkan dengan terapi trombolitik
(lihat Chapter 49).
Pengamatan
Pada Pasien yang menjalani operasi Nonkardiak
Tidak
sedikit pasien di ICU mengimbangkan suatu kebutuhan untuk intervensi operasi
nonkardiak, resiko untuk morbiditas atau mortalitas perioperatif ferdiak diantara pasien yang mempunayi
iskemik aktif secara luar biasa tinggi. Semua usaha seharusnya dibuat untuk
membagi resiko pasien dengan suspek iskemik dengan menggunakan sebuah kombinasi
tanda klinik dan gejala-gejala dan studi noninfark sperti pemberian tekanan
SPECT, atau revaskularisasi dengan PTCA atau bypass graft arteri koronaria
sebelum opresi nonkardiak. Jika pasien membutuhkan intervensi operasi dengan
prolaksis pada peristiwa kordiak seharusnya memasukkan kebijakkanb untuk untuk
menggunakan beta bloker dan nitrat intravena perioperaktif dan juga
kateterisasi arteri pulmonal untuk monitor hemodinamik (lihat Chapter 84). Seri
EKG dan enzim miokard seharusnya diperoleh sesudah operasi dan terapi aspirin
seharusnya dimulai segera, kemungkinan resiko pendarahan menjadi cukup rendah
dari sebuah operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar