Sistem saraf simpatis telah menjadi target teknik menghilangkan rasa
nyeri sejak awal abad ke 20, meski saat ini teknik tersebut lebih jarang
digunakan jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Dua faktor
terpenting adalah semakin baiknya
pemahaman mengenai mekanisme nyeri dan timbulnya kesadaran bahwa peranan
sistem saraf simpatis terhadap rasa
nyeri terlalu dilebih-lebihkan (di masa lalu) (Schott 1998). Hal ini
menyebabkan diadakannya peninjauan ulang mengenai peranan blok saraf dalam penatalaksanaan nyeri kronis, dan pengembangan terapi yang lebih logis dengan menggunakan pengobatan sistemik, teknik stimulasi, terapi
fisik, dan pendekatan psikologis (Boas 1998). Analisis terhadap bukti efektifitas blok simpatis terhadap penatalaksanaan nyeri
hanya didasari anekdot (pendapat-pendapat) dan tidak ada penelitian mengenai
hal ini yang menggunakan uji kontrol-acak dengan kontrol. (Kozin 1992, Kingery
1997).
Masih belum sepenuhnya
dipahami tentang bagaimana sistem
saraf simpatis terlibat dalam patofisiologi beberapa kondisi nyeri atau mengapa blok simpatis dapat menghilangkan rasa nyeri.
Hilangnya nyeri dapat disebabkan oleh
adanya interupsi saraf nosiseptif
aferen yang berjalan bersama saraf otonom. Mekanisme inilah yang dapat
menjelaskan hilangnya nyeri persalinan oleh blok epidural obstetri dan blok
pleksus koeliak menghilangkan nyeri viseral akibat karsinoma pankreas. Pada
kasus lain, mekanismenya mungkin saja lebih rumit dan terkait dengan interupsi
aktifitas eferen simpatis yang
berperan dalam timbulnya
kondisi-kondisi nyeri (sering disebut
nyeri “yang dipengaruhi simpatis”).
Mekanisme kerja
blok simpatis lain mungkin melibatkan gangguan sistem kendali refleks sehingga dapat merubah proses
sensoris sentral atau perifer. Yang terakhir, blok simpatis menyebabkan vasodilatasi perifer sehingga dapat meredakan
nyeri iskemik serta memudahkan penyembuhan
ulkus kulit yang amat nyeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar