L A R I N G I T
I S
I.
PENDAHULUAN
Laringitis
adalah peradangan pada laring yang
terjadi karena banyak sebab. Inflamasi
laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai
bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh
infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
II.
PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis
biasanyan disertai rinitis atau
nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap
perubahan suhu mendadak, defisiensi
diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim
dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi
virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian
atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan
iritasi mukosa saluran nafas atas dan
merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga
menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk
hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia
darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh.
III.
MANIFESTASI KLINIK
Laringitis akut ditandai
Dengan suara serak atau tidak dapat
mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai Dengan suara serak
yang persisten. Laringitis kronis mungkin
sebagai komplikasi dari sinusitis
kronis dan bronchitis kronis.
IV.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan laryngitis
akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok, istirahat di tempat
tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika laryngitis merupakan bagian
dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika
lebih parah, terapi antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar
pasien dapat sembuh Dengan pengobatan konservatif; namun laryngitis cenderung
lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.
Untuk laringits kronis,
pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi
traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan membatasi merokok.
Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi beklometason dipropionate
(vanceril), dapat digunakan. Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau
kerja lama dan dapat megurangi reaksi inflamasi local.
V.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian :
Riwayat
kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala
sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi
hidung, kesilutan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan
rasa tidak nyeman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa
yang menjadi pencetusnya, apa yang bisa
menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala
tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat
alergi atau adanya penyakit yang timbul
bersamaan.
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris
hidung, juga pendarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan
abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat dan polip hidung,
yang mungkin terjadi dalam rhinitis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi
terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan inflamasi. Tenggorok diamati Dengan meminta klien membuka mulutnya
lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan
abnormal seperti warma kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi,
atau pembesaran.
Trakea dipalpasi terhadap posisi garis
tengah dalam leher, dan setiap massa atau deformitas diidentifikasi. Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap
pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan.
Diagnosa Keperawatan :
Berdasarkan pada data pengkajian,
diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup berikut ini :
1.
Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan
sekunder akibat proses inflamasi
Hasil yang ingin dicapai
: Menunjukkan jalan nafas paten, Dengan
binyi nafas bersih, tak ada dispnea
Intervensi
Ø Kaji frekwensi atau kedalaman
pernafasan dan gerakan dada.
R/: Takipnea,
pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Ø Auskultasi area paru, catat
area penurunan, atau tak ada aliran udara dan
bunyi nafas adventisius, mis: krekels, mengi.
R/: Penurunan
aliran udara terjadi pada area konsolidasi Dengan cairan. Bunyi nafas bronchial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels,
ronkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstuksi.
Ø Bantu pasien latihan nafas
sering, tunjukkan atau Bantu pasien mempelajari, melakukan batuk, mis: menekan
dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R/: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten.
Penekana menurunkan ketidaknyamanan
badan dan posisi duduk memungkinkan
upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Ø Berikan cairan sedikitnya
2500 mL /hari (kecuali kontraindikasi) Tawarkan air hangat, daripada dingin.
R/: Cairan
(khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
R/: Alat untuk
menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk
memperbaiki batuk Dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan
secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
2.
Nyeri yang berhubungan dengan
iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi, gelisah.
Intervensi :
Ø Berikan tindakan nyaman mis :
pijtan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/ latihan nafas.
R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan
sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek
terapi analgetik.
Ø Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat
mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Kolaborasi
Berikan analgesik dan
antitusif sesuai indikasi.
R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk
non produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan
kenyamanan/istirahat umum.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Intervensi:
Ø Berikan pilihan cara
komunikasi yang lain seperti papan dan pencil
R/: Cara
komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan laring untuk berkomunikasi secara
verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita suara.
Ø Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik,
antisipasi kebutuhan.
R/: Sentuhan
diyakini untuk memberikan peristiwa kompleks biokimia Dengan kemungkinan pengeluaran endokrin yang
menurunkan ansietas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar