Kamis, 19 Desember 2013

ASKEP LARINGITIS

L A R I N G I T I S


I.  PENDAHULUAN

            Laringitis adalah peradangan pada laring  yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi  laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

II. PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab  inflamasi ini adalah  virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai  rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan  suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin  dan mudah ditularkan.  Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi  virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh  faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya.  Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas  dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat  saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk  hebat  yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.    Inflamasi  ini akan menyebabkan  nyeri akibat  pengeluaran mediator kimia  darah  yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. 

III.             MANIFESTASI KLINIK
Laringitis akut ditandai Dengan suara serak  atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat.  Laringitis kronis ditandai Dengan suara serak yang persisten. Laringitis  kronis  mungkin  sebagai komplikasi  dari sinusitis kronis dan  bronchitis kronis.

IV.             PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan laryngitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika laryngitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh Dengan pengobatan konservatif; namun laryngitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.
Untuk laringits kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan membatasi merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi beklometason dipropionate (vanceril), dapat digunakan. Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat megurangi reaksi inflamasi local.

V.                PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian :
            Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesilutan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyeman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya,  apa yang bisa menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya  penyakit yang timbul bersamaan.
Inspeksi  menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris hidung, juga pendarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat dan polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rhinitis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan inflamasi. Tenggorok diamati  Dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warma kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau pembesaran.
Trakea dipalpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher, dan setiap massa atau deformitas diidentifikasi.  Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan.

Diagnosa Keperawatan :
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup berikut ini :
1.          Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
Hasil yang ingin dicapai :  Menunjukkan jalan nafas paten, Dengan binyi nafas bersih, tak ada dispnea
Intervensi                                                    
Ø   Kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Ø   Auskultasi area paru, catat area penurunan, atau tak ada aliran udara dan  bunyi nafas adventisius, mis: krekels, mengi.
R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi Dengan cairan. Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstuksi.
Ø   Bantu pasien latihan nafas sering, tunjukkan atau Bantu pasien mempelajari, melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R/:  Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. Penekana  menurunkan ketidaknyamanan badan dan posisi duduk memungkinkan  upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Ø   Berikan cairan sedikitnya 2500 mL /hari (kecuali kontraindikasi) Tawarkan air hangat, daripada dingin.
R/: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
R/: Alat untuk menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk Dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
2.              Nyeri  yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi, gelisah.
Intervensi :
Ø   Berikan tindakan nyaman mis : pijtan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/ latihan nafas.
R/:  Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.
Ø   Tawarkan pembersihan  mulut dengan sering
R/:    Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.
R/:  Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
3.       Gangguan  komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Intervensi:
Ø   Berikan pilihan cara komunikasi yang lain seperti papan dan pencil
R/: Cara komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan laring untuk berkomunikasi secara verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita suara.
Ø   Berikan komunikasi  non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik, antisipasi kebutuhan.
R/: Sentuhan diyakini untuk memberikan peristiwa kompleks biokimia  Dengan kemungkinan pengeluaran endokrin yang menurunkan ansietas.




     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar