Sabtu, 14 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tuberkulosi Tuberkulosis hingga saat kini masih menjadi masalah kesehatan dunia, bahkan penyakit ini mampu menggalang dana dari beberapa tokoh dunia seperti Bill Gates dan George Soros sehingga terbentuk yang dikenal dengan Global Fund against AIDS, TB and Malaria (GF ATM) yang antara lain juga diterima oleh program penanggulangan tuberkulosis di Negara kita.( PPTI, 2006 )
Penyakit TB Paru tetap menjadi masalah kesehatan global yang besar dan makin berat. Sepertiga populasi dunia terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis terutama dinegara berkembang. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 8,8 juta kasus baru tuberculosis. Jumlah kasus tuberculosis di dunia setiap tahun masih terus bertambah meskipun angka kenaikannya menurun.(Depkes, 2006).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 TB Paru menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4%dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernafasan.(Achmadi, 2005).
Gambaran secara keseluruhan angka insidens penyakit TB Paru BTA (+) di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2005 mempunyai kecenderungan berfluktuasi dari 4,9 per 10.000 penduduk pada tahun 2001 menjadi 2,84 per 10.000 penduduk pada tahun 2005. Khusus daerah Sulawesi Selatan, pada tahun 2001 sebanyak 4,4 per 10.000 penduduk, menjadi 0,69 per 10.000 penduduk. (Depkes, 2006).
Tujuan program penanggulangan tuberkulosis adalah menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan cara yang paling baik dan ekonomis. Faktor penunjang kelangsungan berobat adalah pengetahuan penderita mengenal bahaya penyakit TB paru yang gampang menular kesisi rumah, terutama pada anak, motivasi keluarga baik saran dan perilaku keluarga kepada penderita untuk menyelesaikan pengobatannya dan penjelasan petugas kesehatan kalau pengobatan gagal akan diobati dari awal lagi. Oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan penderita dan keluarganya memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan dan terjadinya penyakit TB Paru. (Anonim, 2009).
Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit. Perilaku penduduk merupakan salah satu variabel kependudukan dari variable yang lain seperti kepadatan, umur, jender, pendidikan, genetik dan sebagainya. Dengan demikan kejadian penyakit pada hakikatnya hanya dipengaruhi oleh variabel “kependudukan dan variabel “lingkungan”.(Achmadi, 2006).
Wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba  adalah termasuk Desa tertinggal, yang sebagian besar wilayahnya belum memenuhi persyaratan kesehatan. Disamping itu juga wilayahnya membawahi lima Desa yaitu Desa Tanah Towa, Desa Sapanang, Desa Pattiroang, Desa Batunilamung, dan Desa Malleleng . Jumlah penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2008 sebanyak 13 orang, dinyatakan sembuh sebanyak 10 orang dan sisanya tidak dilaporkan apakah sembuh atau tidak. Tahun 2009 hingga bulan November, penderita TB Paru BTA positif sebanyak 19 orang dan sementara dalam tahap pengobatan. Menurut sumber penanggung jawab TB Paru mengatakan sebagian besar penderita berasal dari keluarga tak mampu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, dengan batasan umur dari 10 tahun sampai 45 tahun (Data Sekunder dari Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba bulan November tahun 2009).
Dengan adanya program DOTS dan begitu pentingnya peran serta dari masyarakat khususnya keluarga dalam penanganan dan pemicu kejadian TB Paru dan juga dalam rangka melibatkan upaya peningkatan peran keluarga dalam perawatan anggota keluarganya inilah yang mendasari pelaksanaan penelitian tersebut.    
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
2.      Bagaimana perilaku keluarga berpengaruh terhadap terjadinya TB Paru didalam suatu keluarga di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
3.      Adakah hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
4.      Adakah  hubungan antara perilaku keluarga dengan kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan  perilaku keluarga terhadap kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
2.      Tujuan Khusus
a.       Menentukan gambaran pengetahuan keluarga tentang penyakit TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
b.      Menentukan gambaran perilaku  keluarga  terhadap  penyakit  TB  Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
c.       Menentukan adanya hubungan pengetahuan dengan kejadian  TB  Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
d.      Menentukan adanya hubungan perilaku dengan kejadian TB paru dalam keluarga di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk mendapatkan pengalaman dan mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku keluarga dengan kejadian Tb paru.
2.      Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi khususnya mengenai kejadian Tb paru, tentang pentingnya pengetahuan dan dukungan perilaku keluarga.
3.      Bagi Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, khususnya mengenai kejadian TB paru dan menjadikan acuan penelitian selanjutnya.
4.      Bagi Puskesmas
Mendapatkan masukan tentang hubungan pengetahuan dan perilaku keluarga dengan  kejadian TB Paru, yang dapat dijadikan masukan bagi penanggulangan dan pencegahan di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar