BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuberkulosi
Tuberkulosis hingga saat kini masih menjadi masalah kesehatan dunia, bahkan
penyakit ini mampu menggalang dana dari beberapa tokoh dunia seperti Bill Gates
dan George Soros sehingga terbentuk yang dikenal dengan Global Fund against AIDS, TB and Malaria (GF ATM) yang antara lain
juga diterima oleh program penanggulangan tuberkulosis di Negara kita.( PPTI,
2006 )
Penyakit
TB Paru tetap menjadi masalah kesehatan global yang besar dan makin berat.
Sepertiga populasi dunia terinfeksi oleh mycobacterium
tuberculosis terutama dinegara berkembang. Pada tahun 2003 diperkirakan
terdapat 8,8 juta kasus baru tuberculosis. Jumlah kasus tuberculosis di dunia
setiap tahun masih terus bertambah meskipun angka kenaikannya menurun.(Depkes,
2006).
Berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 TB Paru menduduki
rangking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4%dari total kematian) setelah
penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernafasan.(Achmadi, 2005).
Gambaran
secara keseluruhan angka insidens penyakit TB Paru BTA (+) di Indonesia selama
kurun waktu lima tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2005 mempunyai
kecenderungan berfluktuasi dari 4,9 per 10.000 penduduk pada tahun 2001 menjadi
2,84 per 10.000 penduduk pada tahun 2005. Khusus daerah Sulawesi Selatan, pada
tahun 2001 sebanyak 4,4 per 10.000 penduduk, menjadi 0,69 per 10.000 penduduk.
(Depkes, 2006).
Tujuan
program penanggulangan tuberkulosis adalah menggunakan sumber daya yang
terbatas untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan cara yang
paling baik dan ekonomis. Faktor penunjang kelangsungan berobat adalah
pengetahuan penderita mengenal bahaya penyakit TB paru yang gampang menular
kesisi rumah, terutama pada anak, motivasi keluarga baik saran dan perilaku
keluarga kepada penderita untuk menyelesaikan pengobatannya dan penjelasan
petugas kesehatan kalau pengobatan gagal akan diobati dari awal lagi. Oleh
karena itu pemahaman dan pengetahuan penderita dan keluarganya memegang peranan
penting dalam keberhasilan pengobatan dan terjadinya penyakit TB Paru. (Anonim,
2009).
Kejadian
penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya
serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit. Perilaku penduduk
merupakan salah satu variabel kependudukan dari variable yang lain seperti
kepadatan, umur, jender, pendidikan, genetik dan sebagainya. Dengan demikan
kejadian penyakit pada hakikatnya hanya dipengaruhi oleh variabel “kependudukan
dan variabel “lingkungan”.(Achmadi, 2006).
Wilayah
Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba adalah termasuk Desa tertinggal, yang sebagian besar
wilayahnya belum memenuhi persyaratan kesehatan. Disamping itu juga wilayahnya membawahi lima
Desa yaitu Desa
Tanah Towa, Desa Sapanang, Desa Pattiroang, Desa Batunilamung, dan Desa
Malleleng . Jumlah penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2008 sebanyak 13 orang, dinyatakan sembuh sebanyak 10 orang dan sisanya tidak dilaporkan apakah sembuh
atau tidak. Tahun 2009 hingga bulan November, penderita TB Paru BTA positif sebanyak 19 orang dan sementara dalam tahap pengobatan. Menurut
sumber penanggung jawab TB Paru mengatakan sebagian besar penderita berasal
dari keluarga tak mampu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, dengan batasan
umur dari 10 tahun sampai 45 tahun (Data Sekunder dari Puskesmas Amma
Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba bulan November tahun 2009).
Dengan
adanya program DOTS dan begitu pentingnya peran serta dari masyarakat khususnya
keluarga dalam penanganan dan pemicu kejadian TB Paru dan juga dalam rangka
melibatkan upaya
peningkatan peran keluarga dalam perawatan anggota keluarganya inilah yang
mendasari pelaksanaan penelitian tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah
pengetahuan berpengaruh terhadap kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa
Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
2. Bagaimana
perilaku keluarga berpengaruh terhadap terjadinya TB Paru didalam suatu
keluarga di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
3. Adakah
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma
Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
4. Adakah hubungan antara perilaku keluarga dengan
kejadian TB Paru di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku keluarga terhadap kejadian TB Paru di
wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
2. Tujuan
Khusus
a. Menentukan
gambaran pengetahuan keluarga tentang penyakit TB Paru di wilayah Puskesmas Amma
Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
b. Menentukan
gambaran perilaku keluarga terhadap penyakit TB Paru
di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
c. Menentukan
adanya hubungan pengetahuan dengan kejadian TB Paru
di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
d. Menentukan
adanya hubungan perilaku dengan kejadian TB paru dalam keluarga di wilayah
Puskesmas Amma Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Bagi
peneliti
Hasil penelitian ini
dapat berguna bagi peneliti untuk mendapatkan pengalaman dan mengetahui
hubungan pengetahuan dan perilaku keluarga dengan kejadian Tb paru.
2. Bagi
profesi keperawatan
Hasil penelitian ini
dapat menambah informasi khususnya mengenai kejadian Tb paru, tentang
pentingnya pengetahuan dan dukungan perilaku keluarga.
3. Bagi
Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Hasil penelitian ini
dapat menambah informasi, khususnya mengenai kejadian TB paru dan menjadikan
acuan penelitian selanjutnya.
4. Bagi
Puskesmas
Mendapatkan masukan
tentang hubungan pengetahuan dan perilaku keluarga dengan kejadian TB Paru, yang dapat dijadikan
masukan bagi penanggulangan dan pencegahan di wilayah Puskesmas Amma Toa Kec.
Kajang Kab. Bulukumba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar