Rabu, 18 Desember 2013

ASKEP TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)



TUBERKULOSIS PARU-PARU
I.                   Pengertian
      Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi  yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
II.    Patogenesis
                  Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne0, yaitu melalui inhalasi drplet yang mendukung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
                  Tuberkulosisadalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya limfosit T) adalah sel imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya local, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya . Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas.
                  Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Setelah berada di alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan akan mengalami gejala pneumonia akut. Pneumonia ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berlanjut terus dan bakteri dapat terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Basil juga menyebar dalam getah bening menuju kekelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
                  Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut kaseosa. Lesi primer pary-paru dinamakan focus Ghon dan dan gabungan terserangnya getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon  lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronchus dan menimbulkan kavitas kemudian akan masuk kepercabangan trakheobronkhial. Proses ini dapat terulang kembali dibagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus.
III. Diagnosis dan Manifestasi Klinik
                  Pada stadium dini penyakit tuberculosis biasanya tidak tampak adanyatanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan fase tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik. Menurut CDC suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme  M. tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal berikut ini dapat ditemukan :
1.      Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap (Reaksi Hipersensitivitas berupa ; Tes tuberculin intradermal Mantoux, Tes tuberculin dengan suntikan jet, Tes tuberculin tusukan majemuk)
2.      Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik.
3.      Radiografik dada dengan hasil abnormal dan/atau bukti klinis akan adanaya penyakit ini.
4.      Keputusan untuk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat anti tuberculosis.
Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya dekstruksi jaringan paru-paru, produksi sputum semakin banyak dan batuk dapat menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudagh lanjut. Beberapa penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam hari dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut dan pneumoni.
IV. Pengobatan dan Prinsip-Prinsip Kemoterapi.
                  Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus mamapu mengganggu fungsi vital kuman tuberculosis tanpa membahayakan klien,  Stead dan Bates  (1983) menekankan bahwa “pilihan terapi harus dipandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya” adapun prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.      Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka.
2.      Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan alami kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta organisme.
3.      Obat-obatan bakterisidal lebih disukai.
4.      Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
5.      Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
6.      Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek maksimal terhadap basil.
Kelompok-kelompok resiko tinggi berikut ini harus mengalami pengobatan pencegahan :
1.      Anggota keluarga atau mereka yang dekat dengan penderita yang baru didiagnosis terinfeksi tuberculosis.
2.      Tes kulit tuberculin positif, disertai ditemukannya hasil radiogram yang sesuai dengan penyakit tuberculosis nonprogressif dan yang belum pernah menerima pengobatan kemoterapi yang adekuat dimasa lampau.
3.      Orang yang baru saja terinfeksi.
4.      Orang yang memiliki reaksi tuberculin bermakna dalam keadaan klinik khusus.
5.      Orang yang rekasi tuberkulinnya bermakana dan berusia dibawah 35 tahun
6.      Orang yang reaksi tuberculin bermakna  juga memiliki AB terhadap virus HIV.
7.      Orang-orang dengan reaksi tuberculin bermakna yang berada dalam keadaan epidemiologi khusus.

Obat-obat kemoterapi untuk pengobatan Tuberkulosis
Nama Obat
Dosis
Efek samping
utama
Pemantauan
Keterangan
Harian
Dua kali/minggu
Obat-obatan unruk pengobatan awal :
Isoniasid




Rifampicin


300 mg PO atau IM (10 – 20 mg/kgBB)


600 mg PO (10-20 mg/kg)


15 mg/kg BB PO atau IM



600 mg PO


Neuritis perifer, hipersensitivitas dan hepatitis
Peningkatan enzim-enzim hati.
Gangguan saluran pencernaan (Anoreksia, mual, muntah, diare) hepatitis dan penekanan kekebalan.


AST/ALT (tidak rutin)







Untuk neuritis : piridokain 10 mg sebagai pencegahan 50 – 100 mg untuk pengobatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar