Trauma Kapitis
A. Konsep Dasar
Tengkorak
kepala sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk
mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat
benturan beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal atau diikuti osilasi.
Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan
lunak/otak atau kulit seperti kontusio/memar otak, edema otak, perdarahan atau
laserasi dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luasnya daerah trauma.
B. Etiologi
Trauma
kapitis paling sering dijumpai pada kecelakaan lalulintas (60%). Disamping itu
dapat pula dijumpai pada kecelakaan yang terjadi sewaktu berolahraga, jatuh
dari pohon, kejatuhan kelapa dll. Setiap trauma kapitis dapat menimbulkan
kerusakan pada otak (brain damage), disamping itu dapat pula dijumpai luka pada
kepala atau mungkin suatu factor kranii atau hanya luka memar saja.
Suatu fraktor kranii
membuktikan bahwa trauma kapitis tersebut adalah trauma yang cukup berat, dan
trauma yang bdemikian berat biasanya menimbulkan pula kerusakan pada otak,
namun demikian tidak jarang kita lihat adanya kerusakan pada otak tanpa
tanda-tanda adanya fraktur kranii pada foto rotgen.. Bila kepala itu terbentur
pada jalan aspal misalnya maka gaya akselerasi deselerasi yang mencakup seluruh
otak akan dapat menimbulkan kerusakan sel-sel neuron, perdarahan, laserasi
serebri dan kontusio serebri pada otak.
Setiap trauma kapitis
yang telah menimbulkan kesadaran menurun/koma, walaupun sangat singkat
selalu/telah memberikan suatu kerusakan struktural pada otak. Kerusakan dapat
beruipa kelainan yang reversible tetapi dapat pula menjadi kerusakan yang
permanen misalnya sel-sel ganglion dalam nucleus vestibularis tampak berkurang.
Disamping kesadaran yang
menurun, suatu trauma kapitis dapat pula menimbulkan amnesia yang terbagi dalam
:
1.
Amnesia Retrograd ; yaitu
amnesia tentang hal-hal yang terjadi beberapa saat sampai beberapa hari terjadi
trauma kapitis.
2.
Amnesia pasca traumatic (PTA =
Post Traumatik Amnesia) yaitu amnesia tentang hal-hal yang terjadi sesudah
trauma kpitis.
Dari panjangnya PTA ini secara
retrospektif kita dapat mengetahui tentang berat ringannya trauma kapitis
tersebut. Walaupun penderita telah dapat bicara spontan namun ia tidak ingat
bahwa waktu itu telah dilakukan pemeriksaan rotgen, Eeg dll. Selain dari pada
itu penderita tidak ingat lagi siapa yang bertamu danb menengoknya pada waktu
itu. Suatu trauma kapitis dapat menimbulkan kesadaran menurun tetapi apa yang
menimbulkan kesadaran itu menurun sampai kini masih belum jelas.
Bila terjadi trauma kapitis maka
dapat dibedakan atas :
1.
Trauma Kapitis
tertutup
a. Komusio cerebri
Adalah dimana sipenderita koma setelah mendapat trauma kapitis,
mengalami kesadaran menurn sejenak (± dari 10 menit), kemudian dengan cepat
siuman kembali tanpa mengalami suatu defisit neurologis.
b. Kontusio cerebri
Terdapat perdarahan jaringan otak, timbul karena adanya ruptur di
kapiler subtansia grisea dan subtansia alba. Kesadaran menurun (dapat sampai
koma yang dalam), dapat berlangsung beberapa jam sampai berhari-hari, bahkan sewaktu-waktu dapat berlangsung dalam
beberapa minggu.
c. Edema cerebri
Bila hal ini terjadi, maka :
¤ Penderita bertambah gawat.
¤ Kesadaran terus menurun, misalnya semula
hanya samnolen menjadi koma misalnya
semula skor 10 menjadi skor 4.
¤ Funduskopi terlihat papil bendung,
keadaan ini mengkhawatirkan karena akan dapat
menimbulkan inkaserasio inkus kedalam
insisura tentorii atau tonsil serebelli
kedalam foramen magnum.
Bila penderita memperlihatkan kesadaran
menurun terus, hendaknya
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan :
¤ Hipoksia –hiperkapnoe
¤ Telah diberikan injeksi luminal,
largati atau vitamin.
¤ Setelah tindakan pem,bedahan abdominal,
tulang atau operasi lainnya.
d. Hematoma Epidural
Adalah
suatu haematom yang terjadi diantara duramater tulang, timbul karena telah
terjadi sobekan pada arteri meningen
media atau pada salah satu cabangnya dari
artericarotis ekterna yang masuk dalam
rongga tengkotak melalui foramen spinosum.
Sobekan dapat terjadi bila ada garis
fraktur yang jalannya melintang dengan jalannya
arteri meningen media.
e. Haematoma Subdural
Timbul oleh karena adanya sobekan pad
“Biridgins Veins”, dapat akau atau kronis.
Diagnosis yang kronis tidak gampang dan gejalanya
sangat menyerupai gejala tumor
serebri serta terletak diantara duramater
dan arachnoid yang dapat menyerap cairan
sekitarnya, oleh karena itu simptomatologi
sangat menyerupai gejala tumor serebri.
Trauma kapitis ringan sehingga penderita
tidak ingat kapan dan dimana kepalanya
terbentur, tidak menimbulkan kesadaran
menurun. Diantaranya trauma kapitis danm
timbulnya haematoma subdural terdapat jarak
yang cukup panjang.
f. Haematoma Intraserebral
g. Fraktur Kranii
Untuk mengetahui ada tidaknya fraktur
kranii,sebaiknya dilakukan foto ronogen
kepala dan palpasi.
Fraktur
Impresi ( fraktur depresi )
Bagian
yang patah menonjol kedalam rongga tengkorak, nampak pada foto kepala utamanya
proyeksi tangensial pada tempat fraktur , tidak jarang ditemukan juga fraktur
bentuk bintang (stellate fracture ). Dikemudian hari dapat menimbulkan
epilepsy, apalagi bila menekan girus prensentralis, perlu reposisi ( oper ratif
atau disedot vakum ) agr tulang kembali kedudukannya semula.
Bila
ada perlukaan kepala, sewaktu pembersihan luka sebaiknya diraba dasar luka
ditutup.
Fraktur
Basis Cranii :
-
Fraktur fossa kranii media,
tampak :
• Perdarahan liang telingan
• Lesi N. VII, VIII dan VI (atau N.IV III
dan V)
• Mungkin otoroe(keluar liquor dari liang telinga)
-
Frakltur fossa kranii anterior,
tampak :
• Anosmi
• Lesi N Optikus dekstra/sinistra atau
keduanya
• Mungkin Rinorhea (keluar liquor dari
hidung)
2.
Trauma Kapitis
Terbuka
Trauma Spirai :
Lesi spiral terutama servikal
memerlukan tindakan penanganan ekstra karena transportasi dan pembuatan foto
leher dapoat mencelakakan penderita, terutama lesi servikal atau misalnya
akibat fraktur atau spordilostesis C1 – C2 – C3. Sebaiknya leher segera
difiksasi sejak dijalan raya. Pembuatan foto sangat hati-hati atau ditunda
dahulu dan dipasang kawat likasi atau traksi leher secepatrnya, jangan
dilakukan funksi lumbal atau pemeriksaan kaku kuduk dan valsava. Umumnya tidak
diperlukan obat khusus tetapi anti oedema dapat menolong. Lesi spiral lain yang
sering adalah ovulsi radialis terutama dari regio fleksus brachialis yang
sangat nyeri, secara dermatomal jelas dan dapat mengakibatkan paresis anggota
badan terkait. Diagnosis ovulsi diperkuat oleh EEG, evaked potensial,
mielografi dan MRI
C. Patofisiologi
Otak
dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan oksigen. Jadi kekurangan aliran darah keotak tidak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari
20 mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Pada
saraf otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolic anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan as. Laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan timbulnya
metabolic asidiosis.
Dalam keadaan normal
aliran darah serebral (CBF) adalah 50 – 60 ml/ menit /100gr jaringan otak yang
merupakan 15% dari curah jantung (CO).
D. Penatalaksanaan
Obat-Obatan :
1.
Dexamethason/kalmethason
sebagai pengobatan anti edema cerbral, dosis sesuai debgan berat ringannya
trauma.
2.
Therapi hiperventilasi (trauma
kapitis berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
3.
Pemberian analgetik.
4.
Pengobatan anti edema dengan
larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10%.
5.
Antibiotik yang mengandung
barier darah otak (penicillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazole.
6.
Makanan atau cairan. Pada
trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa hany cairan
infus dextrose 5%. Aminophusin, aminophel (18 jam pertama dari terjadinya
kecelakaan), 2 – 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
7.
Pada trauma berat. Karena pada
hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cendrung
terjadi retensi Na dan elektrolit maka hari-hari pertama (2 – 3 hari), tidak
terlalu banyak cairan. Dextrose 5% 8 jam ke tiga. Pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah, makanan diberikan melalui NGT (2500 – 3000 TKTP). Pemberian
protein tergantung nilai urea N.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar