Rabu, 18 Desember 2013

ASKEP TUMOR OTAK



TUMOR OTAK


Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tapi juga dapat tumbuh menyebar masuk ke dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi & infiltrasi jaringan

Perubahan fisik berfariasi diantaranya :
  1. Peningkatan TIK & edema cerebral
  2.  Aktivitas kejang & tanda-tanda neurologis fokal
  3. Hidrocefalus
  4. Ggn fungsi hipofisis

Klasifikasi
  1. Tumor yg muncul dari pembungkus otak (meningioma)
  2. Tumor yg berkembang di dalam atau diatas saraf kranial (neuroma akustik)
  3. Tumor yg berasal di dalam jaringan otak (glioma)
  4. Lesi metastatik yg berasal dari bagian tubuh lain


GLIOMA
Banyak terjadi pada neoplasma otak yg jumlahnya kira-kira 45% dari semua tumor otak. Biasanya tumor-tumor ini dapat dibuang secara total, karena tumor menyebar dengan infiltrasi kedalam sekitar jaringan saraf & hal ini harus dipertimbangkan untuk direseksi tanpa menyebabkan kerusakan pada struktur vital.


ADENOMA
Kelenjar pituitari, juga disebut hipofisis, adalah kelenjar yang relatif kecil terletak pada sela tursika. Kelenjar ini menempel pada hipotalamus melalui sebuah tangkai pendek (tangkai hipofisial) & dibagi menjadi 2 lobus
  1. Anterior (adeno hipofisis)
Mengeluarkan hormon pertumbuhan (GH), ACTH, TSH, Prolaktin, FSH & LH
  1. Posterior (neurohipofisis)
Melepaskan hormon antidiuretik hormon (vasopresin) & oksitosin

Tumor hipofisis jumlahnya 8 – 12 % dari semua tumor otak & menyebabkan terjadinya perubahan sekresi hormon (hiperfungsi atau hipofungsi). Tekanan dari adenoma hipofisis dapat mendesak saraf-saraf optik (chiasma optik atau saluran optik, atau diatas hipotalamus, pada ventrikel ke tiga bila tumor-tumor menyerang sinus cavernosa atau meluas ke dalam tulang sfenoid).




NEUROMA  AKUSTIK
Sebuah tumor pada saraf kranial ke delapan, saraf untuk pendengaran & keseimbangan. Tumor biasa muncul juga dalam meatus auditoria internal.

Neuroma akustik


Klien mengalami kehilangan pendengaran, tinitus & vertigo & gaya berjalan sempoyongan.


Tumor menjadi besar


Tekanan tumor pada saraf kranial V


Sensasi  nyeri pada wajah terjadi pada sisi wajah yg sama.


Dengan sinar  X & penggunaan mikroskop operasi & instrumen bedah mikro, shg tumor-tumor yg harus diangkat melalui kraniotomi dapat dilakukan radioterapi stereostatik.



PATOFISIOLOGI
GGn neurologik pada tumor otak disebabkan oleh 2 faktor:


GGn Fokal                                                      Peningkatan TIK


Disebabkan krn penekanan jar. Otak                          Etiologi:
& infiltrasi /infasi lsg pada parenkim otak                  - Bertambah massa dlm tengkorak
dgn kerusakan jar. Neuron                                          - Terbentuk edema sekitar tumor
                                                                                    - Perubahan sirkulasi CSF.

disfungsi > pd tumor yg tumbuh plg cepat
(glioblastoma multiforme)


Perub. Suplai darah akibat tekanan


Nekrosa jar. Otak                    Kejang

MANIFESTASI KLINIK

  1. Gejala peningkatan tekanan intrakranial:
    1. sakit kepala (walaupun tdk selalu ada)
    2. papiledema (edema saraf optik)
    3. variasi penurunan fokal motorik, sensorik & disfungsi saraf kranial

  1. gejala terlokalisasi
    1. Ketidak mampuan sensorik & motorik
    2. Perubahan penglihatan
    3. Kejang

Karena fungsi dari bagian-bagian otak berbeda, maka lokasi tumor dapat ditentukan dari tanda & gejala:

*      Tumor kortex motorik (kejang pada satu sisi tubuh / kejang jacksonian)

*      Tumor lobus oksipital (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandan, pada sisi yg berlawanan dari tumor / halusinasi penglihatan )

*      Tumor Lobus Frontal (ggn kepribadian, perubahan status emosional & tingkah laku) klioen sering menunjukkan gejala kurang merawat diri
           
*      Tumor Sudut Serebelopontin (tinitus, vertigo, tuli/ggn fungsi saraf kranial ke 8, kesemutan, rasa gatal pada lidah & wajah à saraf kranial 5, kelemahan/paralisis à saraf kranial 7)

*      Tumor Intrakranial (ggn kepribadian, konfulsi, ggn bicara & ggn gaya berjalan à terutama pada pasien lansia) tipe tumor adalah: meningioma, glioblastoma & metastase cerebral dari bgn lain.
















KASUS


Klien Tn. Dj, 48 tahun, dirawat di ruang perawatan saraf sudah 2 bulan (25 februari – 27 april 2004), dengan dx. Medis susp. Tumor otak residif  (post excisi tumor astrositoma)

Keluhan utama: kelumpuhan/paralisis anggota gerak, keluhan mulai dirasakan sejak 4 bulan yang lalu setelah klien mengalami operasi tumor dikepala bagian regiofrontal. Klien susah berbicara & sulit ,menelan

GCS: 4, TD:130/90mmHg, N;100x/menit, S:37,5 R:20x/menit. Ada benjolan sebesar diameter 9 x 6 cm, konsistensi lunak, ekstremitas kiri ada kontraksi tapi tidak ada koordinasi. Klien tampak kurus, BAB 1 kali/hari, BAK: terpasang kateter, urine 450-500 cc/hari. Warna kuning muda dengan bau amoniak

Kliken merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara, klien menikah dan mempunyai anak 5 wanita dan 2 pria. Ayah klien telah meninggal, namun ibunya masih hidup. Klien tinggal dengan seorang istri & anak-anaknya & tidak ada dalam keluarganya mempunyai penyakit seperti klien.

Klien tidak bisa berbicara (apasia global). Pada saat pengkajian fisik klien tidak punya alergi. Klien tidak dapat mengunyah makanan sehingga dipasang NGT dengan nutrisi entrasol tiap 4 jam sebanyak 250 ml. tonus otot menurun & seluruh kebutuhan & aktivitas dibantu ditempat tidur

Pemeriksaan diagnostik
PA tanggal 28/10/2003 àastrositoma grade II
Laboratorium : 9 maret 2004 HB= 11,9 gr%, protein total = 5,54 gr/dl, Globulin = 2,34 gr/dl, albumin: 2,2 gr/dl

Terapi neurocet 2x1
Bisolvon sirup 2x1 bila batuk




  1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d keadaan lemah akibat pengobatan & pengaruh tumor, penurunan asupan makanan & malabsorbsi 
  2. resiko kerusakan integritas kulit s/d penekanan yg lama pada erea tertekan
  3. kecemasan b/d kemungkinan kematian, ketidak pastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup
  4. kelemahan b/d penurunan tonus otot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar