Kamis, 19 Desember 2013

ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI



E P I L E P S I


I. KONSEP DASAR
   1. PENGERTIAN
        Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat yang terjadi karena letusan pelepasan muatan listrik ke sel saraf secara berulang dengan gejala menurunnya kesadaran, gangguan motorik, sensorik dan mental dengan atau tanpa kejang-kejang.
KLASIFIKASI EPILEPSI BERDASARKAN SERANGAN YANG TERJADI :
  1. GRAND MALL
               Serangan epileptik  terjadi  secara  tiba-tiba,  klien  jatuh sambil mengeluarkan jeritan atau teriakan, pernafasan sejenak berhenti, dan seluruh tubuh menjadi kaku, kemudian bangkit gerakan-gerakan yang dinamakan tonik klonik. Gerakan tonik adalah gerakan yang sejenak diselingi oleh relaksasi, sehingga selama serangan grand mall lengan dan tungkai tetap dalam sikap lurus tetapi secara ritmik terjadi fleksi ringan dan ekstensi kuat pada semua persendian anggota gerak, juga otot wajah dan badan melakukan gerakan tonik yang diselingi relaksasi sejenak secara ritmik. Gerakan tonik ini sangat kuat sehingga tulang dapat patah dan bibir atau lidah dapat tergigit sampai terputus. Kesadaran hilang pada saat klien terjatuh, urin di keluarkan karena kontraksi tonik involunter dan air liur yang berbusa hasil kontraksi tonik klonik otot-otot wajah, mulut, oropharing. Setelah berkontraksi tonik klonik secara kuat dan gencar selama beberapa puluh detik sampai 1-2 menit, frekwensi dan intensitas konvulsi berkurang secara berangsur-angsur sehingga akhirnya berhenti. Klien masih belum sadar tetapi beberapa menit sampai setengah jam klien mulai membuka mata, tampak letih sekali dan tertidur. Keadaan ini tergantung berat ringannya konvulsi, klien dapat tidur selama setengahsampai 6 jam. Setelah tidur pasca grand mall klien merasa sakit kepala dan tidak ingat apa yang telah terjadi padanya.
        Sebelum serangan grand mall timbul, klien dapat memperlihatkan gejala-gejala prodromalm yaitu irritabilitas (cepat marah/tersinggung), pusing, sakit kepala atau bersikap depresif. Pada riwayat kesehatan didapatkan bahwa klien sudah sejak kecil mendapat serangan. Tetapi grand mall dapat juga timbul mulai usia 20-30 tahun harus dicurigai sebagai akibat adanya tumor cerebri.

  1. PETIT MAL
               Serangan epileptik yang berupa hilang kesadaran sejenak. Serangan biasanya timbul pada anak-anak yang berumur antara 4-8 tahun. Pada waktu kesadaran hilang untuk beberapa detik itu, tonus otot-otot skeletal tidak hilang sehingga klien tidak jatuh.Lamanya serangan antara 5-10 detik. Tetapi kadang-kadang timbul gerakan otot-otot wajah setempat (Facial Twitching). Pada waktu serangan petit mal berlangsung kedua mata menatap secara hampa ke depan atau kedua mata berputar ke atas sambil melepaskan benda yang sedang di pegangnya atau berhenti berbicara dan setelah sadar klien lupa apa yang terjadi padanya. Serangan petit mal dapat berhenti seterusnya bila klien telah berumur 20 atau menjelang 30 tahun. Tetapi ada kemungkinan petit mal dapat berkembang menjadi grand mall pada usia 20 tahun.

  1. PSYCHOMOTOR (SYMPTOMATOLOGIK KOMPLEKS)
               Serangan epileptik didahului oleh suara aura yang terdiri atas gejala-gejala kognitif, afektif, psikosensori atau psikomotor. Klien biasanya masih sadar pada waktu serangan tetapi tidak dapat mengingat kembali apa yang terjadi. Terdapat gangguan mental permanen, gerakan-gerakan ototmatis tanpa tujuan seperti bertepuk tangan, mnegecap-ngecap bibir, kadang-kadang ingat kembali masa lalunya, ada halusinasi penglihatan atau pendengaran, perubahan personalitas, tingkah laku anti sosial dan perasaan yang kurang pada tempatnya, mudah terangsang oleh musik, cahaya dan sebagainya. Sifat bilateral, simetris tanpa permulaan lokal.

  1. FOKAL (JACKSONIAN)
               Serangan epileptik yang bangkit akibat lepas muatan listrik di daerah korteks serebri. Lepas muatan regional ini dapat (1). Tetap bersifat fokal, (2). Menggalakan daerah yang berdampingan sehingga lepasan muatannya meluas, (3). Seluruh korteks cerebri melepaskan muatan listrik secara menyeluruh, merupakan aura konvulsi umum.



Setelah serangan konvulsi berlalu maka dapat timbul paralisis yang dikenal dengan paralisis Todd yang bersifat sementara. Manifestasi epilepsi fokal yang dapat bersifat sederhana dan kompleks. Manifestasi sederhana adalah perasaan pokok, gerakan otot setempat yang klonik-tonik atau gangguan bicara.
Adapun gejala yang sering dijumpai adalah :
  • MOTORIK
Gerakan involunter otot-otot salah satu anggota gerak, wajah, rahang bawah (mengunyah), pita suara (vokalisasi) dan kolumna vertebralis (badan berputar, torsi leher/kepala).
  • SENSORIK
Merasa nyeri, panas, dingin, hypestesia/parastesia daerah kulit stempat, skotoma, tinitus, mencium bau barang busuk, mengecap perasa logam, invertigo, mual, muntah, perut mules atau afasia.
  • AUTONOM
Muntah/mual dan hiperhidrosis setempat dapat dianggap sebagaim manifestasi susunan saraf otonom.
Motorik dan otonom dengan memperlihatkan ciri yang bertujuan dan terintegrasi.
Gejala ini adalah :
a.       Halusinasi
b.      Ilusi yang disebut de javu, yaitu perasaan yang pernah melihatnya tapi dalam situasi yang asing. Jamais vu yaitu perasaan tidak pernah melihatnya tapi dalam situasi yang tidak asing baginya.
Deja/jamais entedu yaitu perasaan yang pernah dan belum pernah mengalami Gejala-gejala tersebut juga disebut sebagai “Dreamy State”.
c.       Perasaan curiga
Yaitu perasaan seolah-olah pikirannya memaksa sesuatu dan perasaan kesal sehingga muntah-muntah.
d.      Automatismus
Yaitu gerakan yang tampaknya bertujuan tetapi dilakukan dalam keadaan tak sadar, misalnya tangan mengusap-usap baju atau kain seprei, membuka kancing baju, memindah-mindahkan barang, lidah dan bibir mengecap-ngecap seolah-olah menikmati makanan yang enak.
           
e.       MISCELLANEOUS (MYOCLONIC AKINETIC)
Adalah gerakan involunter sekelompok otot skeletal yang timbul secara tiba-tiba dan berlangsung sejenak. Myoclonic merupakan manifestasi bermacam-macam kelainan neurologik (Degenerasi Ponto Cerebeler, Meilitis) maupun non neurologik (Uremia, Hepatic Failure). Serangan ini yaitu kontraksi otot-otot secara simetris atau asimetris, sinkronis atau ansinkronis dan biasanya tidak ada kehilangan kesadaran.

f.       STATUS EPILEPTIKUS
               Yaitu serangan epileptik yang terjadi berulang-ulang dan sering sehingga klien belum berakhir dari serangan satu type telah mendapat serangan yang lain. Serangan ini pada umumnya tonik-klonik dan merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani karena dapat berakibat kerusakan otak yang permanen. Penyebab status epileptikus yang sering adalah peningkatan suhu atau obat epileptik yang dihentikan atau penyebab lain yaitu gangguan metabolik, kurang tidur, meningitis, trauma otak, intoksikasi obat, menghentikan obat-obat sedatif, alkohol dan sebagainya.

KLASIFIKASI INTERNASIONAL SERANGAN EPILEPSI

1.      SERANGAN PARSIAL
Lebih dari 60 % serangan termasuk ke dalam klasifikasi serangan parsial.
a.       Simptomatologik elementer (motorik, sensorik atau autonomik) disebut epilepsi Jacksonian atau epilepsi fokal, serangan-serangan ini terjadi tanpa kehilangan kesadaran bila bilateral, serangan ini gejalanya tergantung pada daerah yang terkena, bisa terdiri dari gejala-gejala motor, sensori atau autonomik atau kombinasi ketiganya.
b.      Simptomatologik komplek (Psikomotor Epilepsi atau epilepsi lobus temporalis)



2.      SERANGAN UMUM
a.       LENA (Absence)
Sering disebut petit mal.
b.      MIOKLONIK


c.       TONIK
Serangan-serangan ini terdiri atas tonus otot dengan tiba-tiba meningkat dari otot ekstremitas sehingga terbentuk sejumlah sikap yang khas. Biasanya kesadaran hilang hanya beberapa menit. Terjadi pada anak-anak umur 1 – 7 tahun.
d.      KLONIK
Serangan dimulai dengan kehilangan kesadaran yang disebabkan oleh hipotonia yang tiba-tiba atau spasme tonik yang singkat. Keadaan ini di ikuti oleh sentakan-sentakan bilateral yang lamanya 1 menit sampai beberapa menit yang sering asimetris dan bisa terjadi kesembuhan yang cepat atau terjadi kebingungan yang lama. Dijumpai terutam -KLONIKa sekali pada anak-anak.
e.       TONIK
Biasanya disebut grand mal.
                    f.    ATONIK
Serangan-serangan atonik terdiri atas kehilangan tonus tubuh, keadaan ini bisa dimanifestasikan oleh kepala yang terangguk-angguk, lutut lemas atau kehilangan total dari tonus otot dan pasien bisa jatuh dan mendapat luka-luka biasanya tidak ada kehilangan kesadaran selama serangan.
3.      SERANGAN UNILATERAL (Predominan)
4.      SERANGAN EPILEPSI YANG TIDAK DAPAT DIGOLONGKAN          






2. ETIOLOGI
    Ditinjau dari penyebab epilepsi dapat dibagi 2 golongan yaitu :
a.      EPILEPSI  PRIMER  ATAU  IDIOPATIK
               Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.
b.      EPILEPSI SEKUNDER
               Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak> Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawah sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak.

Penyebab spesifik dari epilepsi yang dapat diketahui adalah :
  • Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu.
  • Kelainan yang terjadi pada saat lahir seperti hipoksia. Tindakan forceps atau trauma lain pada otak bayi.
  • Cedera kepala
  • Tumor otak
  • Penyumbatan atau kelainan pembuluh darah
  • Radang atau infeksi seperti : Meningitis.

3. PATOFISIOLOGI
            Gejala-gejala serangan epilepsi sebagain timbul sesudahotak mengalami gangguan sedangkan beratnya serangan tergantung dari lokasi dan keadaan patologi.
Lesi pada otak tengah, thalamus, korteks serebri kemungkinan bersifat epileptigenik sedangkan lesi pada serebelumdan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epilepsi.
            Dewasa ini sudah diketahui bahwa dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron otak dan transmisi pada sinaps tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak, mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membran sel. Potensial membran neuron tergantung pada permeabilitas selektif membran neuron. Yakni membran sel mudah di lalui oleh ion K dari


ruang ekstra ke intraselulerdan kurang sekali oleh ion C, Na dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat konsentrasi tinggi ion K dan konsentrasi ion C, Na dan Cl, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat di ruang ekstravaskuler. Perbedaan konsentrasi-konsentrasi inilah yang menimbulkan potensial membran.
Tingkat membran sel, neuron epileptik ditandai oleh fenomena biokimia tertentu beberapa diantaranya adalah :
  • Ketidakstabilan membran sel syaraf sehingga sel mudah diaktifkan.
  • Neuron hipersensitif dengam ambang yang menurun sehingga mudah terangsang dan terangsang SC sampai berturut-turut.
  • Mungkin terjadi polarisasi yang abnormal (polarisasi berlebihan, hiperpolarisasi atau terhentinya repolarisasi) karena terjadi perbedaan potensial listrik lapisan intrasel dan ekstrasel rata-rata 70 muolt, dimana intraseluler relatif lebih rendah.
  • Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari neuron. Pada waktu terjadi serangan keseimbangan elektrolit pada tingkat neuronal mengalami perubahan ketidakseimbangan ini akan menyebabkan membran neuron mengalami depolarisasi. Transmisi sinaptik oleh neurotransmiter yang dapat bersifat eksitasi atau inhibisi dalam keadaan gangguan keseimbangan akan mempengaruhi polarisasi membran sel. Neurotransmitter yang bersifat inhibisi dimana akan menimbulkan hyperpolarisasi membran diantaranya GABA dan Glisin, sedangkan yang bersifat fasilitas atau eksitasi akan menimbulakan keadaan repolarisasi yang akan melepaskan muatan listrik secara berlebihan diantaranya asetilkolin, noradrenalin, dopamin, hidroksitriptamin.
Karena hal tersebut diatas beberapa keadaan dapat mencetuskan bangkitan epilepsi diantranya faktor genetik dimana sel neuron mempunyai faktor intrinsik untuk terjadinya lepas muatan listrik yang abnormal, perubahan pada sel yang ditimbulkan oleh gangguan keseimbangan elektrolit misalnya hipoksia, anoksia, hipocapnia, hipoglikemia, hipokalsemia, dehidrasi, gangguan hormon adrenal dan progesteron, gangguan pelepasan neurotransmitter misalnya pada kerusakan serebral atau adanya toksin.
Penyebaran fokus epileptik dari sekelompok neuron ke bagian otak lain dapat terjadi oleh gangguan. Pada kelompok neuron inhibitor yang berfungsi menahan pengaruh sel neuron


lain sehingga terjadi sinkronisasi dan aktifasi yang berulang-ulang, sirkuit kortikokortikal dimana perluasan terjadi melalui serabut asosiasi atau ke kontralateral melalui kospos kallosum, projeksi talamo-kortikal difus dimana penyebaran keseluruh arah sehingga penderita kehilangan kesadarannya atau gangguan. Pada formatio retikularis sehingga sistem motoris kehilangan kontrol normalnya, menimbulkan kontrasi otot polos.         
           

5.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Foto rontgen kepala
Mengidentifikasi adanya sol fraktur.
b.      EEG
Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktiftas otak.  Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-masing tipe dari aktiftas kejang tersebut.
c.       CT Scan
Mengidentifikasi letak lesi cerebral, infark, hematoma, edema serebral, trauma, abces, tumor.
d.      MRI
Melokalisasi lesi-lesi fokal.

6.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a.       Elektrolit
Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktiftas kejang.
b.      Glukosa
Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi kejang.
c.       Ureum/kreatinin
Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktifta skejang atau mungkin sebagai indikasi refrotoksik yang berhubungan dengan pengobatan.


d.      Sel Darah Merah
Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari terapi obat.
e.       Lumbal Fungsi
Untuk mendeteksi tekanan abnormal dari CSS, tanda-tanda infeksi, perdarahan sebagai penyebab kejang tersebut.
       
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar