TYPHOID ABDOMINALIS
- Konsep Medis
1. Pengertian.
Penyakit infeksi akut yang
disebabkan Salmonella typhi, ditandai adanya demam 7 hari/ lebih, gejala
saluran pencernaan dan gangguan pada system saraf pusat
(sakit kepala, Kejang dan gangguan kesadaran)
2. Patofisiologi
-
Kuman masuk melalui mulut.
Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagaian lagi masuk ke usus
halus, kejaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer) , dan mencapai
sel-sel retikulo endotel, hati, limpa dan organ-organ lainnya.
-
Proses ini terjadi dalam masa
tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endotel melepas kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya, selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung
empedu.
-
Pada minggu pertama sakit,
terjadi hiperplasma plaks player. Ini terjadi pada kelenjar typhoid usus halus.
Minggu ke-2 terjadi nekrosis dan pada
minggu ke-3 terjadi
-
Ulserasi plaks payer. Pada
minggu ke-4 terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik ulkus
dapat enyebabkan pendarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesintrial dan limpa membesar.
-
Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin,. Sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus halus.
3. Komplikasi
a.
Usus ; Perdarahan usus, melena,
perforasi usus , peritonitis
b.
Organ lain ; meningitis,
kolesistitis encelopati, broncopnemoni
4. Etiologi
Salmonella typhosa, basil gram
negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. Dengan masa
inkubasi 10 – 20 hari
5. Manifestasi
Klinik
a.
Nyeri kepala, lemah dan lesuh
b.
Demam yang tidak terlalu tinggi
dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh
berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada
pagi hari . Pada minggu ke-2 suhu tubuh
terus meningkat, dan pada minggu ke-3 suhu ber angsur-angsur turun dan kembali
normal.
c.
Gangguan pada saluran cerna,
halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor
(cooting toungue0, meteorismus mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, spleno
megali yang di sertai nyeri pada perabaan.
d.
Gangguan kesadaran. Penurunan
kesadaran (apatis, Somnolen)
e.
Batuk-batuk kemerahan pada
kulit (reseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit
f.
Epistaksis
6. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Pemeriksaan darah tepi;
lekopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia..
b.
Pemeriksaan sumsum tulang ;
menunjukkan gabaran hiperaktif sumsum tulang
c.
Biakan empedu ; Terdapat basil
Salmonella Typhosa pasa urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama 2 kali berturut-turut tidak di
dapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan
betul-betul sembuh
d.
Pemeriksaan widal ; didapatkan
titer antigen O a/ 1/200/ lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun
tinggiakan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H
dapat tetep tinggi setelah dilakukan immunisasi/ bila penderita telah lama
sembuh.
7.
Penatalaksanaan Terapuetik
a.
Isolasi, desinfiksi pakaian
b.
Istirahat selama demam hingga 2 minggu
c.
Diit tinggi kalori, tinggi
protein, tidak mengandung banyak serat
d.
Pemberian antibiotik
kloramfenikol dengan dosis tinggi
B Konsep Keperawatan
1.Pengertian
a.
Riwayat Keperawatan
b.
Kaji adanya gejala dan tanda
meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor,
tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran.
2 Penyimpangan KDM
Terlampir dalam satu
lembar.
3. Diagnosa Keperawatan
a.
Hipertermia b.d Termoregulasi
reaksi radang
b.
Penurunan Volume cairan b.d
Peningkatan suhu tubuh
c.
Gangguan perfusi jaringan otak
b.d Iskemik jaringan otak
d.
Resiko kerusakan integritas
kulit b.d Kelemahan (bedrest total)
e.
Gangguan pemeliharaan kebutuhan
sehai-hari b.d Penurunan kesadaran
f.
Gangguan pertukaran gas b.d
Obstruksi jalan napas
4. Implementari
dan Rasional
a.
Klien dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal 100 F (37,8 C)
-
Kaji pengetahuan klien dan
keluarga tentang hipertermia
R/ Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan tentang hipertermia
-
Observasi suhu, nadi tekanan
darah , pernapasan
R/ Informasi
penting untuk keamanan
-
Beri minum yang cukup
R/ Membantu
menyumbangkan suhuinternal dan eksternal
-
Beri kompres biasa
R/ Dengan
kompres dapat mengkonduksikan panas yang keluar lebih cepat
-
Pakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat
R/ Membantu penguapan
yang berlebiha
-
Pemberian obat anti pireksia
R/ mengembalikan
sitepoin ke titik normal
-
Pemberian cairan parenteral
(IV) yang adekuat
R/ mengganti
cairan yang eluar yang berlebihan melalui evaporasi
b.
Klien menunjukkan tanda-tanda
terpenuhinya kebutuhan cairan
-
Mengobservasi tanda-2 vital
paling sedikit setiap 4 jam
R/ Peningkatan
suhu tubuh/ memanjangnya demam menunjukkan kekurangn caitran sistemik
-
Monitor tanda-2 meningkatnya
kekurangn cairan: turgor, tidak elastis ubun-2 cekung, produksi urin menurun,
membran mukosa kering, bibir pecah-2.
R/ Indikator
langsung keadekuatan volume cairan
-
Mengobservasi dan mencatat
intake dan ouput dan mempertahankan intake dan ouput yang adekuat
R/ Memberikan
informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
-
Memonitor dan mencatat BB pada
waktu yang sama dan dengan skala yang sama
R/ Memberikan
informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
-
Monitor pemberian cairan
melalui Intra Vena
R/ Penggunanan
parwenteral dapat memperbaiki/ mencegah kekurangn
-
Mengurangi kekurangan cairan
yang tidak terlihat (IWL) dengan mem,berikan kompers dingin/ dengan tepid
sponge
R/ Mengurangi
kehilangan IWL pemberian kompres dengan dapat mengurangi evaporasi volume
cairan dengan cepat
-
Memberikan antibiotik sesuai
program
R/ berguna
menurunkan kehilangan cairan
c.
Klien menunjukkan kesadaran
membaik, Fungsi kognitif, motorik, sensorik membaik, TTV stabil/ kembali nomal.
-
Memonitor status neurologis
secara teratur
R/ Mengetahui
tingkat kesadaran dan Peningkatan TIK
-
Memonitor tanda-tanda vital
R/ Hipertensi
dapat menjadi faktor pencetus/ juga dapat mendeteksi secara dini tanda-tanda
TIK
-
Evaluasi keadaan pupil, ukuran,
kesamaan dan Rx terhadap cahaya
R/ Rx pupil
diregulasi oleh nervus III / dapat juga meentukan apakah brainstam mengalami
infark. Ukuran pupil/kesamaan ditentukan oleh keseimbangan antara simpats/ para
simpatis. Respon terhdap cahaya merupakan kombinasi fungsi N. Optikus/ N.
Okulomotorius
-
Catat poladan irama pernapasan
seperti adanya periode oprice setelah hiperventilasi cheyne stockes
R/ Ketidak
teraturanpernapasan dapat memberian gambaran lokasi kersakan cerebral
peningkatan TIK
-
Letakkan posisi klien dengan
kepala sedikit lebih tinggi dalam posisi anatomis
R/ Menurunnya
tekanan arteri dengan meningkatnya dranage sirkulasi dan perfusi serebral
d.
Mempertahankan itegritas kulit
-
Ubah posisi minimal setiap 2
jam ( telentang, miring ke kanan , miring ke kiri) dan jika memungkinkan bias lebih sering jika
diletakkan dalam posisi bagian yangterganggu
R/ Menurunkan
resiko terjadinya trauma/ iskemik jaringan
-
Observasi daerah yang tertekan
termasuk warna, edema/ tanda-2 lain dari gangguan sirkulasi
R/ Jaringan yang
mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhan lambat
-
Insfeksi kulit terutama padadaerah-2
yang menonjol secara teratur lakukan masase secara teratur/ hati-2 pada daerah
kemerahan dan erikan bantalan lunak sepert banmtalan kulit yang sesuai
R/ Titik yang
tertekan pada daerah yang menonjol paling beresiko untuk terjadinya penurunan
perfusi/ iskemik
e.
Pemenuhan kebutuhan sehair-hari
terpenuhi/ tidak terganggu
-
Bantu pasien untuk mandi,
makan, BAB< BAK di tempat tidur dan ajarkan keluarga dalam
pemenuhankebutuhan sehari-hari
R/ Meningkatkan
pemenuhan rasa nyaman pasien dan meningkatkan pengetahuan keluarga dalam
merawat klien
-
Lakukan pemeriksaan tanda-2
vital
R/ Membandingkan
hemodinamik non aktivitas
-
Lakukan oral hygine minimal 2x/
hari
R/ Menurunkan
kemungkinan pertumbuhan bakteri yang menambah turun ke bawah
f.
Klien menigkatkan pertukaran
gas yang efektif dan kepatuhan pada jalan napas
-
Kaji pernapasan setiap 2-4 jam
, kedalamnya, irama, penggunaan otot-2 napas, capung hidung, adanya batuk
R/ Berguna
dalam evaluasi distress pernapasan dan/ kronisnya proses penyakit
-
Auskultasi bunyi napas setiap
2-4 jam
R/ Bunyi
napas redup memungkinkan penurunan aliran udara/ area konsolidasi
-
Tinggikan bagian kepala saat
tidur 30 – 40 dengan kepala sedikit ekstensi
R/
Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi seerti tidur 30 – 40 dengan kepala
sedikit ekstensi
-
Berikan istirahat dan atur
secara preodik
R/
Istirahat diselingi aktivitas perawata masih penting dari pengobatan
-
Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
R/
melepaskan secret yang menempel di dinding saluran pernafasan
-
Memonitor nadi, apakah ada
takikardi, bila takikardi ada disebabkan karena hypoksia
R/
Takikardi, disritmia dan perubahan TD dapat enunjukkan efek hipoksemia sistemi
pada fungsi jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar