Rabu, 18 Desember 2013

LAPORAN PENDAHULUAN TYPOID PADA ANAK



TYPHOID ABDOMINALIS

  1. Konsep Medis
1. Pengertian.
                Penyakit infeksi akut yang disebabkan Salmonella typhi, ditandai adanya demam 7 hari/ lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan pada system saraf  pusat  (sakit kepala, Kejang dan gangguan kesadaran)

            2. Patofisiologi
-          Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam  lambung dan sebagaian lagi masuk ke usus halus, kejaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer) , dan mencapai sel-sel retikulo endotel, hati, limpa dan organ-organ lainnya.
-          Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endotel melepas kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya, selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
-          Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasma plaks player. Ini terjadi pada kelenjar typhoid usus halus. Minggu ke-2  terjadi nekrosis dan pada minggu ke-3 terjadi
-          Ulserasi plaks payer. Pada minggu ke-4 terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik ulkus dapat enyebabkan pendarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesintrial dan limpa membesar.
-          Gejala demam disebabkan oleh endotoksin,. Sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.

            3. Komplikasi
a.       Usus ; Perdarahan usus, melena, perforasi usus , peritonitis
b.      Organ lain ; meningitis, kolesistitis encelopati, broncopnemoni

            4. Etiologi
                Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. Dengan masa inkubasi 10 – 20 hari

            5. Manifestasi Klinik
a.       Nyeri kepala, lemah dan lesuh
b.      Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari . Pada  minggu ke-2 suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ke-3 suhu ber angsur-angsur turun dan kembali normal.
c.       Gangguan pada saluran cerna, halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (cooting toungue0, meteorismus mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, spleno megali yang di sertai nyeri pada perabaan.
d.      Gangguan kesadaran. Penurunan kesadaran (apatis, Somnolen)
e.       Batuk-batuk kemerahan pada kulit (reseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit
f.       Epistaksis

6. Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan darah tepi; lekopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia..
b.      Pemeriksaan sumsum tulang ; menunjukkan gabaran hiperaktif sumsum tulang
c.       Biakan empedu ; Terdapat basil Salmonella Typhosa pasa urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan  selama 2 kali berturut-turut tidak di dapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh
d.      Pemeriksaan widal ; didapatkan titer antigen O a/ 1/200/ lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggiakan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetep tinggi setelah dilakukan immunisasi/ bila penderita telah lama sembuh.

7. Penatalaksanaan Terapuetik
a.       Isolasi, desinfiksi pakaian
b.      Istirahat selama  demam hingga 2 minggu
c.       Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat
d.      Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi

B  Konsep Keperawatan
1.Pengertian
a.       Riwayat Keperawatan
b.      Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran.
2  Penyimpangan KDM
                Terlampir dalam satu lembar.  
            3. Diagnosa Keperawatan
a.       Hipertermia b.d Termoregulasi reaksi radang
b.      Penurunan Volume cairan b.d Peningkatan suhu tubuh
c.       Gangguan perfusi jaringan otak b.d Iskemik jaringan otak
d.      Resiko kerusakan integritas kulit b.d Kelemahan (bedrest total)
e.       Gangguan pemeliharaan kebutuhan sehai-hari b.d Penurunan kesadaran
f.       Gangguan pertukaran gas b.d Obstruksi jalan napas




4. Implementari dan Rasional
a.       Klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal 100  F (37,8 C)
-          Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
R/ Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang hipertermia
-          Observasi suhu, nadi tekanan darah , pernapasan
R/ Informasi penting untuk keamanan
-          Beri minum yang cukup
R/ Membantu menyumbangkan suhuinternal dan eksternal
-          Beri kompres biasa
R/ Dengan kompres dapat mengkonduksikan panas yang keluar lebih cepat
-          Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat
R/ Membantu penguapan yang berlebiha
-          Pemberian obat anti pireksia
R/ mengembalikan sitepoin ke titik normal
-          Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
R/ mengganti cairan yang eluar yang berlebihan melalui evaporasi

b.      Klien menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
-          Mengobservasi tanda-2 vital paling sedikit setiap 4 jam
R/ Peningkatan suhu tubuh/ memanjangnya demam menunjukkan kekurangn caitran sistemik
-          Monitor tanda-2 meningkatnya kekurangn cairan: turgor, tidak elastis ubun-2 cekung, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-2.
R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan
-          Mengobservasi dan mencatat intake dan ouput dan mempertahankan intake dan ouput yang adekuat
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
-          Memonitor dan mencatat BB pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
-          Monitor pemberian cairan melalui Intra Vena
R/ Penggunanan parwenteral dapat memperbaiki/ mencegah kekurangn
-          Mengurangi kekurangan cairan yang tidak terlihat (IWL) dengan mem,berikan kompers dingin/ dengan tepid sponge
R/ Mengurangi kehilangan IWL pemberian kompres dengan dapat mengurangi evaporasi volume cairan dengan cepat
-          Memberikan antibiotik sesuai program
R/ berguna menurunkan kehilangan cairan






c.       Klien menunjukkan kesadaran membaik, Fungsi kognitif, motorik, sensorik membaik, TTV stabil/ kembali nomal.
-          Memonitor status neurologis secara teratur
R/ Mengetahui tingkat kesadaran dan Peningkatan TIK
-          Memonitor tanda-tanda vital
R/ Hipertensi dapat menjadi faktor pencetus/ juga dapat mendeteksi secara dini tanda-tanda TIK
-          Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan dan Rx terhadap cahaya
R/ Rx pupil diregulasi oleh nervus III / dapat juga meentukan apakah brainstam mengalami infark. Ukuran pupil/kesamaan ditentukan oleh keseimbangan antara simpats/ para simpatis. Respon terhdap cahaya merupakan kombinasi fungsi N. Optikus/ N. Okulomotorius
-          Catat poladan irama pernapasan seperti adanya periode oprice setelah hiperventilasi cheyne stockes
R/ Ketidak teraturanpernapasan dapat memberian gambaran lokasi kersakan cerebral peningkatan TIK
-          Letakkan posisi klien dengan kepala sedikit lebih tinggi dalam posisi anatomis
R/ Menurunnya tekanan arteri dengan meningkatnya dranage sirkulasi dan perfusi serebral

d.      Mempertahankan itegritas kulit
-          Ubah posisi minimal setiap 2 jam ( telentang, miring ke kanan , miring ke kiri) dan  jika memungkinkan bias lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yangterganggu
R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemik jaringan
-          Observasi daerah yang tertekan termasuk warna, edema/ tanda-2 lain dari gangguan sirkulasi
R/ Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhan lambat
-          Insfeksi kulit terutama padadaerah-2 yang menonjol secara teratur lakukan masase secara teratur/ hati-2 pada daerah kemerahan dan erikan bantalan lunak sepert banmtalan kulit yang sesuai
R/ Titik yang tertekan pada daerah yang menonjol paling beresiko untuk terjadinya penurunan perfusi/ iskemik










e.       Pemenuhan kebutuhan sehair-hari terpenuhi/ tidak terganggu
-          Bantu pasien untuk mandi, makan, BAB< BAK di tempat tidur dan ajarkan keluarga dalam pemenuhankebutuhan sehari-hari
R/ Meningkatkan pemenuhan rasa nyaman pasien dan meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien
-          Lakukan pemeriksaan tanda-2 vital
R/ Membandingkan hemodinamik non aktivitas
-          Lakukan oral hygine minimal 2x/ hari
R/ Menurunkan kemungkinan pertumbuhan bakteri yang menambah turun ke bawah

f.       Klien menigkatkan pertukaran gas yang efektif dan kepatuhan pada jalan napas
-          Kaji pernapasan setiap 2-4 jam , kedalamnya, irama, penggunaan otot-2 napas, capung hidung, adanya batuk
R/ Berguna dalam evaluasi distress pernapasan dan/ kronisnya proses penyakit
-          Auskultasi bunyi napas setiap 2-4 jam
R/ Bunyi napas redup memungkinkan penurunan aliran udara/ area konsolidasi
-          Tinggikan bagian kepala saat tidur 30 – 40 dengan kepala sedikit ekstensi
R/ Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi seerti tidur 30 – 40 dengan kepala sedikit ekstensi
-          Berikan istirahat dan atur secara preodik
R/ Istirahat diselingi aktivitas perawata masih penting dari pengobatan
-          Lakukan fisioterapi dada bila perlu
R/ melepaskan secret yang menempel di dinding saluran pernafasan
-          Memonitor nadi, apakah ada takikardi, bila takikardi ada disebabkan karena hypoksia
R/ Takikardi, disritmia dan perubahan TD dapat enunjukkan efek hipoksemia sistemi pada fungsi jantung.
     











          






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar