Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal
dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis
keperawatan. (Lismidar, 1990)
a.
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah
mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai
fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan,
status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et
al, 1998)
1)
Identitas klien
Meliputi nama, umur
(kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2)
Keluhan utama
Biasanya didapatkan
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
3)
Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke
hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti
Rochani, 2000)
4)
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat
hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)
5)
Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat
keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo,
2000)
6)
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu
penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.(Harsono, 1996)
7)
Pola-pola fungsi kesehatan
a)Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat
perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b)
Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan
kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c)
Pola eliminasi
Biasanya terjadi
inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
d)
Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi,
mudah lelah
e)
Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami
kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
f)
Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena
klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g)
Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h)
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien
mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun
pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi
penurunan memori dan proses berpikir.
i)
Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi
penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat
anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j)
Pola penanggulangan stress
Klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir
dan kesulitan berkomunikasi.
k)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang
melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)
8)
Pemeriksaan fisik
a)
Keadaan umum
(1)
Kesadaran : umumnya mengelami
penurunan kesadaran
(2)
Suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
(3)
Tanda-tanda vital : tekanan
darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)
Pemeriksaan integumen
(1)
Kulit : jika klien kekurangan
O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
(2)
Kuku : perlu dilihat adanya
clubbing finger, cyanosis
(3)
Rambut : umumnya tidak ada
kelainan
c)
Pemeriksaan kepala dan leher
(1)
Kepala : bentuk normocephalik
(2)
Muka : umumnya tidak simetris
yaitu mencong ke salah satu sisi
(3)
Leher : kaku kuduk jarang
terjadi (Satyanegara, 1998)
d)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang
didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan,
pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan
peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f)
Pemeriksaan inguinal,
genetalia, anus
Kadang
terdapat incontinensia atau retensio urine
g)
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
h)
Pemeriksaan neurologi
(1)
Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat
gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2)
Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi
kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
(3)
Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4)
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi
yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)
9)
Pemeriksaan penunjang
a)Pemeriksaan radiologi
(1)
CT scan : didapatkan hiperdens
fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi
Widjaja, 1993)
(2)
MRI : untuk menunjukkan area
yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(3)
Angiografi serebral : untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
(Satyanegara, 1998)
(4)
Pemeriksaan foto thorax : dapat
memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke. (Jusuf Misbach, 1999)
b)
Pemeriksaan laboratorium
(1)
Pungsi lumbal : pemeriksaan
likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu
hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998)
(2)
Pemeriksaan darah rutin
(3)
Pemeriksaan kimia darah : pada
stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
(4)
Pemeriksaan darah lengkap :
unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
b.
Analisa data
Analisa data adalah
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien. (Nasrul Effendy, 1995)
c.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh
dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran
tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan
akan terjadi (potensial) di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang
perawat. (Nasrul Effendy, 1995)
Adapun diagnosa yang
mungkin muncul adalah :
1)
Gangguan perfusi jaringan otak yang
berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)
2)
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995)
3)
Gangguan persepsi sensori :
perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan
penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
4)
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
5)
Gangguan eliminasi
alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak
adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6)
Resiko gangguan nutrisi
berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)
7)
Kurangnya pemenuhan perawatan
diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)
8)
Resiko gangguan integritas
kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)
9)
Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan
menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)
10)
Gangguan eliminasi uri (inkontinensia
uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif,
ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D. Ignatavicius, 1995)
2
Perencanaan
Rencana
asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan
pelaksanaan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan
yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan.
Rencana
asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan klien secara optimal agar dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu
dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
(Nasrul Effendy, 1995)
Rencana keperawatan
dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
a
Gangguan perfusi jaringan otak
yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
1)
Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
2)
Kriteria hasil :
-
Klien tidak gelisah
-
Tidak ada keluhan nyeri kepala
-
GCS 456
-
Tanda-tanda vital normal(nadi :
60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
3)
Rencana tindakan
a)
Berikan penjelasan kepada
keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b)
Anjurkan kepada klien untuk bed
rest total
c)
Observasi dan catat tanda-tanda
vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d)
Berikan posisi kepala lebih
tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri
bantal tipis)
e)
Anjurkan klien untuk
menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f)
Ciptakan lingkungan yang tenang
dan batasi pengunjung
g)
Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian obat neuroprotektor
4)
Rasional
a)
Keluarga lebih berpartisipasi
dalam proses penyembuhan
b)
Untuk mencegah perdarahan ulang
c)
Mengetahui setiap perubahan
yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
d)
Mengurangi tekanan arteri
dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
e)
Batuk dan mengejan dapat
meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
f)
Rangsangan aktivitas yang
meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan
mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik / perdarahan lainnya
g)
Memperbaiki sel yang masih
viabel
b
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
1)
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
2)
Kriteria hasil
-
Tidak terjadi kontraktur sendi
-
Bertambahnya kekuatan otot
-
Klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas
3)
Rencana tindakan
a)
Ubah posisi klien tiap 2 jam
b)
Ajarkan klien untuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c)
Lakukan gerak pasif pada
ekstrimitas yang sakit
d)
Berikan papan kaki pada
ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
e)
Tinggikan kepala dan tangan
f)
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
4)
Rasional
a)
Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b)
Gerakan aktif memberikan massa,
tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
c)
Otot volunter akan kehilangan
tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
c
Gangguan persepsi sensori :
perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori
1)
Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.
2)
Kriteria hasil :
-
Klien dapat mempertahankan
tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
-
Klien mengakui perubahan dalam
kemampuan untuk meraba dan merasa
-
Klien dapat menunjukkan
perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
3)
Rencana tindakan
a)
Tentukan kondisi patologis
klien
b)
Kaji kesadaran sensori, seperti
membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa
persendian
c)
Berikan stimulasi terhadap rasa
sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan
klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.
d)
Lindungi klien dari suhu yang
berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang
normal
e)
Anjurkan klien untuk mengamati
kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang sakit.
Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan seperti stimulasi
sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati
garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang sakit.
f)
Hilangkan kebisingan/stimulasi
eksternal yang berlebihan.
g)
Lakukan validasi terhadap
persepsi klien
4)
Rasional
a)
Untuk mengetahui tipe dan
lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
b)
Penurunan kesadaran terhadap
sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan
kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko
terjadinya trauma.
c)
Melatih kembali jaras sensorik
untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk
mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
d)
Meningkatkan keamanan klien dan
menurunkan resiko terjadinya trauma.
e)
Penggunaan stimulasi
penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.
f)
Menurunkan ansietas dan respon
emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebih.
g)
Membantu klien untuk
mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.
d
Gangguan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
1)
Tujuan
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
2)
Kriteria hasil
-
Terciptanya suatu komunikasi
dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
-
Klien mampu merespon setiap
berkomunikasi secara verbal maupun isarat
3)
Rencana tindakan
a)
Berikan metode alternatif
komunikasi, misal dengan bahasa isarat
b)
Antisipasi setiap kebutuhan
klien saat berkomunikasi
c)
Bicaralah dengan klien secara
pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”
d)
Anjurkan kepada keluarga untuk
tetap berkomunikasi dengan klien
e)
Hargai kemampuan klien dalam
berkomunikasi
f)
Kolaborasi dengan fisioterapis
untuk latihan wicara
4)
Rasional
a)
Memenuhi kebutuhan komunikasi
sesuai dengan kemampuan klien
b)
Mencegah rasa putus asa dan
ketergantungan pada orang lain
c)
Mengurangi kecemasan dan
kebingungan pada saat komunikasi
d)
Mengurangi isolasi sosial dan
meningkatkan komunikasi yang efektif
e)
Memberi semangat pada klien
agar lebih sering melakukan komunikasi
f)
Melatih klien belajar bicara
secara mandiri dengan baik dan benar
e
Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
1)
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
2)
Kriteria hasil
-
Klien dapat melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
-
Klien dapat mengidentifikasi
sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3)
Rencana tindakan
a)
Tentukan kemampuan dan tingkat
kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b)
Beri motivasi kepada klien
untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
c)
Hindari melakukan sesuatu untuk
klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
kebutuhan
d)
Berikan umpan balik yang
positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
e)
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi/okupasi
4)
Rasional
a)
Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b)
Meningkatkan harga diri dan
semangat untuk berusaha terus-menerus
c)
Klien mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat
dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak
mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan
pemulihan
d)
Meningkatkan perasaan makna
diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
e)
Memberikan bantuan yang mantap
untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus
f
Resiko gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
1)
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
2)
Kriteria hasil
-
Berat badan dapat
dipertahankan/ditingkatkan
-
Hb dan albumin dalam batas
normal
3)
Rencana tindakan
a)
Tentukan kemampuan klien dalam
mengunyah, menelan dan reflek batuk
b)
Letakkan posisi kepala lebih
tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c)
Stimulasi bibir untuk menutup
dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu
jika dibutuhkan
d)
Letakkan makanan pada daerah
mulut yang tidak terganggu
e)
Berikan makan dengan berlahan
pada lingkungan yang tenang
f)
Mulailah untuk memberikan makan
peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
g)
Anjurkan klien menggunakan
sedotan meminum cairan
h)
Anjurkan klien untuk
berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
i)
Kolaborasi dengan tim dokter
untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
4)
Rasional
a)Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
b)
Untuk klien lebih mudah untuk
menelan karena gaya gravitasi
c)Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol
muskuler
d)
Memberikan stimulasi sensori
(termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan masukan
e)Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar
f)
Makan lunak/cairan kental mudah
untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
g)
Menguatkan otot fasial dan dan
otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
h)
Dapat meningkatkan pelepasan
endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
i)
Mungkin diperlukan untuk
memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu melalui mulut
g
Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
1)
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
2)
Kriteria hasil
-
Klien dapat defekasi secara
spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
-
Konsistensi feses lunak
-
Tidak teraba masa pada kolon (
scibala )
-
Bising usus normal ( 7-12 kali per menit )
3)
Rencana tindakan
a)
Berikan penjelasan pada klien
dan keluarga tentang penyebab konstipasi
b)
Auskultasi bising usus
c)
Anjurkan pada klien untuk makan
makanan yang mengandung serat
d)
Berikan intake cairan yang
cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e)
Lakukan mobilisasi sesuai
dengan keadaan klien
f)
Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
4)
Rasional
a)
Klien dan keluarga akan
mengerti tentang penyebab obstipasi
b)
Bising usus menandakan sifat
aktivitas peristaltik
c)
Diit seimbang tinggi kandungan
serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
d)
Masukan cairan adekuat membantu
mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi
reguler
e)
Aktivitas fisik reguler
membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu
makan dan peristaltik
f)
Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu
eliminasi
h
Resiko gangguan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring lama
1)
Tujuan
Klien mampu
mempertahankan keutuhan kulit
2)
Kriteria hasil
-
Klien mau berpartisipasi
terhadap pencegahan luka
-
Klien mengetahui penyebab dan
cara pencegahan luka
-
Tidak ada tanda-tanda kemerahan
atau luka
3)
Rencana tindakan
a)
Anjurkan untuk melakukan
latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
b)
Rubah posisi tiap 2 jam
c)
Gunakan bantal air atau
pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d)
Lakukan masase pada daerah yang
menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
e)
Observasi terhadap eritema dan
kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan
tiap merubah posisi
f)
Jaga kebersihan kulit dan
seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
4)
Rasional
a)
Meningkatkan aliran darah
kesemua daerah
b)
Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah
c)
Menghindari tekanan yang
berlebih pada daerah yang menonjol
d)
Menghindari kerusakan-kerusakan
kapiler-kapiler
e)
Hangat dan pelunakan adalah
tanda kerusakan jaringan
f)
Mempertahankan keutuhan kulit
i
Resiko terjadinya
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan menurunnya
refleks batuk dan menelan, imobilisasi
1)
Tujuan :
Jalan nafas tetap efektif.
2)
Kriteria hasil :
-
Klien tidak sesak nafas
-
Tidak terdapat ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan
-
Tidak retraksi otot bantu
pernafasan
-
Pernafasan teratur, RR 16-20 x
per menit
3)
Rencana tindakan :
a)
Berikan penjelasan kepada klien
dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas
b)
Rubah posisi tiap 2 jam sekali
c)
Berikan intake yang adekuat
(2000 cc per hari)
d)
Observasi pola dan frekuensi
nafas
e)
Auskultasi suara nafas
f)
Lakukan fisioterapi nafas
sesuai dengan keadaan umum klien
4)
Rasional :
a)
Klien dan keluarga mau
berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b)
Perubahan posisi dapat
melepaskan sekret dari saluran pernafasan
c)
Air yang cukup dapat
mengencerkan sekret
d)
Untuk mengetahui ada tidaknya
ketidakefektifan jalan nafas
e)
Untuk mengetahui adanya
kelainan suara nafas
f)
Agar dapat melepaskan sekret
dan mengembangkan paru-paru
j
Gangguan eliminasi uri
(incontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi
kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
1)
Tujuan :
Klien mampu mengontrol eliminasi urinya
2)
Kriteria hasil :
-
Klien akan melaporkan penurunan
atau hilangnya inkontinensia
-
Tidak ada distensi bladder
3)
Rencana tindakan :
a)
Identifikasi pola berkemih dan
kembangkan jadwal berkemih sering
b)
Ajarkan untuk membatasi masukan
cairan selama malam hari
c)
Ajarkan teknik untuk
mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik,
manuver regangan anal)
d)
Bila masih terjadi
inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah
direncanakan
e)
Berikan penjelasan tentang
pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada
kontraindikasi)
4)
Rasional :
a)
Berkemih yang sering dapat
mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih
b)
Pembatasan cairan pada malam
hari dapat membantu mencegah enuresis
c)
Untuk melatih dan membantu
pengosongan kandung kemih
d)
Kapasitas kandung kemih mungkin
tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering
berkemih
e)
Hidrasi optimal diperlukan
untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.
3
Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan
dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap pencanaan. (Nasrul
Effendy, 1995)
4
Evaluasi
Evaluasi merupakan
langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang. (Lis
midar, 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar