FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA (CP.1)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
I.
Data Umum
1. Nama KK : Cukup jelas, isi nama lengkap, gelar, dsb.
2. Pekerjaan KK : Cukup jelas.
3. Pendidikan KK : Jenjang pendidikan yang
telah diselesaikan, bila perlu berikan keterangan tentang pendidikan yang
sementara dijalani.
4. Alamat/Telpon : Isi secara lengkap
nama jalan (kampung) dan nomor rumah, RT/RW, Desa/Kelurahan, Kabupaten/Kota dan
Provinsi. Tuliskan nomor telepon bila ada.
5. Daftar Keluarga : Isi secara lengkap
identitas seluruh anggota keluarga, mulai dari keluarga inti (kepala keluarga,
isteri dan anak-anak) kemudian anggota keluarga serumah.
Genogram :
§ Buat genogram 3 generasi, G1 (keluarga asal), G2 (pasangan suami
isteri, G3 (anak-anak)
§ Gunakan simbol-simbol yang telah ditentukan sebagai berikut:
: Laki-laki :
Laki-laki, meninggal
: Perempuan : Perempuan,
meninggal
: Menikah : Pisah : Cerai
: Anak : Anak
angkat
: Aborsi : Anak
kembar
|
A B C
dst.
§ Tuliskan akronim nama individu di bawah simbol yang bersangkutan:
|
§ Tuliskan umur (dalam tahun) di tengah-tengah simbol:
§ Urutkan penempatan simbol anak-anak dari yang tertua ke yang
termuda, dari kiri ke kanan
§ Buat garis putus-putus yang melingkari seluruh anggota keluarga yang
tinggal se rumah.
§ Tuliskan keterangan genogram seperlunya tentang tahun dan penyebab
meninggalnya anggota keluarga dan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarga.
6.
Tipe Keluarga : Tuliskan tipe keluarga (keluarga
inti, keluarga besar, dsb)
7. Suku/Bangsa : Cukup jelas.
8.
A g a m a : Cukup
jelas.
9.
Status Ekonomi : Kaji
jenis dan besar penghasilan keluarga, bandingkan dengan perkiraan kebutuhan
belanja keluarga kemudian tentukan status ekonomi keluarga (rujuk ke
klasifikasi status kesejahteraan keluarga menurut BKKBN: keluarga
pra-sejahtera, keluarga sejahtera tahap 1, keluarga sejahtera tahap 2, keluarga
sejahtera tahap 3, keluarga sejahtera tahap 3 plus)
10.
Aktivitas Rekreasi : Kaji
jenis aktivitas rekreasi dan pemanfaatan waktu luang yang dilakukan keluarga,
jenis kegiatan, frekuensi, termasuk fasilitas hiburan dalam rumah (tv, radio,
tape, vcd player, dsb)
II.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11.
Tahap
perkembangan keluarga saat ini:
Kaji tahap perkembangan keluarga saat ini (rujuk ke
teori tahap-tahap perkembangan keluarga: 1. pasangan baru menikah, 2. chield
bearing, 3. keluarga dengan anak pra sekolah, 4. keluarga dengan anak sekolah,
5. keluarga dengan anak remaja, 6. keluarga dengan anak dewasa muda, 7.
pasangan usia pertengahan, 8. keluarga lansia)
12.
Tugas perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi:
Kaji tugas-tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan masalah-masalah yang
ditimbulkannya,; rujuk ke teori tahap-tahap perkembangan keluarga.
13.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Inti:
Kaji penyakit-penyakit atau
masalah masalah kesehatan yang pernah dialami oleh anggota keluarga inti, kapan,
berapa lama, seberapa sering, apakah dirawat di rumah sakit, apakah mengalami
pembedahan, adakah anggota keluarga yang merokok/minum alkohol, adakah anggota
keluarga yang mengalami alergi terhadap zat tertentu, dsb.
14.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Sebelumnya:
Kaji riwayat kesehatan orang
tua dan kerabat keluarga asal suami-isteri, kaji kemunginan adanya
penyakit-penyakit keturunan yang dibawah oleh suami-isteri.
III.
Data Kesehatan Lingkungan
15.
Karakteristik rumah:
Tuliskan data selengkapnya tentang rumah tempat tinggal keluarga
yang meliputi:
a.
luas rumah : dalam meter persegi
b.
permanen/semi permanen/darurat : pilih
salah satu
c.
rincian ruangan : ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dapr,
ruang makan, kamar mandi, dsb.
d.
keteraturan penempatan perabot : kaji
kerapihan penempatan perabot rumah tangga, penyekat ruangan, dsb.
e.
persentase luas jendela : tetapkan secara kuantitatif/kualitatif proporsi luas jendela
terhadap luas dinding.
f.
ventilasi : tetapkan secara kuantitatif/kualitatif fungsi
ventilasi
g.
pencahayaan : tetapkan secara kualitatif fungsi pencahayaan
dalam rumah, baik cahaya matahari maupun sumber cahaya buatan.
h.
kebersihan : tetapkan kualitas kebersihan dalam rumah yang
meliputi lantai, dinding, langit-langit dan perabot di dalamnya.
i.
sumber air bersih/air minum : kaji
sumber dan kulaitas air bersih/air minum yang digunakan keluarga
j.
sarana MCK : kaji jenis dan kelayakan sarana MCK yang
digunakan keluarga
k.
sarana pembuangan air limbah : kaji
jenis dan kelayakan SPAL yang digunakan keluarga
l.
sarana pembuangan sampah : kaji
jenis dan kelayakan sarana pembuangan sampah yang digunakan keluarga
m.
denah rumah : gambar
secara sederhana tapi jelas skema yang menunjukkan detail lokasi rumah, ukuran,
rincian ruangan dan penempatan sarana air bersih, MCK, SPAL dan tempat sampah
keluarga.
16. Karakteristik tetangga/komunitas: Cukup
jelas
a. Siapa dan bagaimana hubungan
interaksi dengan tetangga terdekat
b. Kebiasaan masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan
c. Keadaan lingkungan setempat
17. Riwayat mobilitas geografis keluarga:
§ Tuliskan riwayat mobilitas geografis
keluarga,; sebelumnya tinggal di mana, berapa lama, apakah ada rencana pindah
ke temapt lain dalam waktu dekat?
18. Organisasi/perkumpulan yang diikuti
keluarga:
§ Kaji tingkat yang menunjukkan partisipasi
keluarga dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan setempat (PKK, LPM, Karang
Taruna, Kelompok Arisan, Posyandu, dsb.)
19. Sistem Pendukung keluarga
§ Kaji seluruh potensi yang dimiliki
keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga (jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas fisik seperti kendaraan, fasilitas produksi ekonomis,
dukungan dari masyarakat setempat, dukungan dari keluarga lainnya, dukungan
dari institusi/rekan sekerja, asuransi sosial/kesehatan, dsb.)
IV.
Struktur Keluarga
20.
Struktur peran keluarga
§ Jelaskan peran yang disandang
masing-masing anggota keluarga (ayah/suami, ibu/isteri, kakak, adik, pencari
nafkah keluarga, penghibur keluarga, biang kerusuhan, dsb.)
21.
Nilai/norma keluarga
§ Jelaskan sistem nilai dan norma yang
mempengaruhi aktivitas kehidupan keluarga terutama yang bekaitan dengan
kesehatan.
22.
Pola komunikasi keluarga
§ Kaji intensitas hubungan antar anggota
keluarga, termasuk tingkat keakraban di antara mereka dan adanya gangguan
hubungan di antara mereka (bermusuhan, meremehkan, dsb).
23.
Struktur kekuatan keluarga
§ Kaji susunan urutan tingkat kekuasaan
anggota keluarga, siapa yang paling menentukan jalannya kehidupan keluarga,
bagaimana mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam keluarga, adakah pola
kekuasaan otoriter, egoisme, dsb.
V.
Fungsi Keluarga
24.
Fungsi ekonomi:
§ Kaji bagaimana upaya keluarga dalam
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.
Apa sumber penghasilan utama dan sumber-sumber lain yang diupayakan keluarga
dalam meningkatkan penghasilan keluarga.
25.
Fungsi mendapatkan status
sosial:
§ Kaji bagaimana upaya keluarga dalam
memperoleh status sosial dalam masyarakatnya. Bagaimana partisipasi keluarga
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan setempat.
26.
Fungsi pendidikan:
§ Kaji bagaimana upaya keluarga dalam
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anggota keluarga. Apakah semua anak
smemperoleh kesemapatan mengikuti pendidikan sesuai minta dan usianya? Adakah
hambatan yang dialami dalam memenuhi kebutuhan ini dan bagaimana upaya keluarga
mengatasinya?
27.
Fungsi sosialisasi:
§ Kaji bagaimana upaya keluarga dalam
menanamkan nilai/norma/aturan sosial kemasyarakatan setempat bagi anggota
keluarganya. Apakah keluarga berasal dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda dengan masyarakat setempat, apa hambatan atau masalah yang dihadapi
keluarga dan bagaimana upaya keluarga mengatasinya?
28.
Fungsi perawatan kesehatan:
a. Kemampuan mengidentifikasi masalah
kesehatan:
o
Kaji
masalah kesehatan yang pernah atau sedang dialami keluarga dan masalah
kesehatan yang sering dialami masyarakat setempat. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga (pengertian, penyebab, mekanisme sederhana bagaimana terjadinya
masalah, tanda-gejala, apa akibatnya bagi individu dan kehidupan keluarga,
bagimana upaya mengatasinya) tentang masalah kesehatan tersebut.
b. Kemampuan memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat:
o
Kaji
kemampuan keluarga dalam memahami sifat dan luasnya masalah.
o
Apakah
masalah dirasakan berbahaya bagi keluarga, apakah keluarga menyepelekan
masalah, apakah keluarga menyerah terhadap masalah yang dihadapi?
o
Apakah
keluarga masih cenderung mempraktekkan perawatan kesehatan tradisional (dukun,
mantera, ramuan, dsb) dibandingkan dengan metode pelayanan kesehatan modern?
o
Apakah
keluarga mengetahui fasilitas dan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di
wilayahnya?
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan:
o
Kaji
tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga tentang cara merawat anggota kelurga
bila mengalami masalah kesehatan yang lazim terjadi dalam keluarga (misalnya
cara memandikan bayi, cara merawat payudara untuk memperlancar proses laktasi,
cara pembuatan dan pemberian makanan tambahan atau makanan pendamping ASI bagi
bayi balita, cara pembuatan dan pemberian larutan oralit atau larutan gula
garam bagi anak diare, cara kompres untuk meredakan demam pada anak, cara perawatan
luka sederhana, cara-cara pencegahan cedera pada anak dan lansia, pengaturan
diet bagi penderita diabetes, dsb).
d. Kemampuan menciptakan lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan:
o
Kaji
tingkat kemampuan keluarga dalam memelihara kebersihan rumah, menghindarkan
perkembangan bibit penyakit yang bersumber dari lingkungan rumah, pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman hias, tanaman obat dan tanaman produktif lainnya dan
minimalisasi sumber-sumber lingkungan yang dapat mengakibatkan cedera bagi
penghuni rumah, dsb.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan:
o
Kaji
tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan setempat dan hambata-hambatan
yang dialami keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
29.
Fungsi religius:
§ Kaji bagaimana keluarga mengamalkan ajaran
agama/kepercayaan yang dianutnya dan bagaimana upaya keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan dan pengamalan ajaran agama/kepercayaan tersebut.
30.
Fungsi rekreasi:
§ Kaji aktivitas rekreasi yang dilakukan
keluarga baik di dalam maupun di luar rumah.
31.
Fungsi reproduksi:
§ Kaji bagaimana keluarga merencanakan dan
mengendalikan reproduksi dalam keluarga, metode kontrasepsi yang digunakan,
adakah masalah reproduksi yang dialami pasangan suami-isteri dan bagaimana
upaya keluarga dalam mengatasi masalah?
32.
Fungsi afeksi:
§ Kaji kualitas keakraban antar anggota
keluarga (rasa saling asah, saling asih dan saling asuh dalam keluarga),
masalah-masalah yang ada dan upaya keluarga untuk mengatasinya.
VI.
Stres dan Koping Keluarga
33. Stresor jangka pendek/jangka panjang:
§ Kaji stresor (sumber/pemicu terjadinya
stres) jangka pendek (membutuhkan waktu kurang dari 6 bulan untuk mengatasinya)
dan jangka panjang (membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan untuk mengatasinya)
yang dialami keluarga.
34. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor:
§ Uraikan secara naratif penjelasan tentang
bagaimana keluarga berespon terhadap kejadian tersebut.
35. Strategi koping yang digunakan keluarga:
§ Identifikasi strategi koping yang
digunakan keluarga (berdasarkan uraian pada No. 34 di atas)
36. Strategi adaptasi disfungsional:
§ Identifikasi strategi adaptasi
disfungsional (berdasarkan uraian pada No. 35 di atas) dan kaji bagaimana
upaya keluarga membantu anggota keluarga yang mengalami masalah tersebut.
VII.
Harapan Keluarga
§
Eksplorasi
dan tuliskan bantuan apa yang diharapkan keluarga terhadap perawat dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan dalam keluarga. Keterangan ini penting
untuk menetapkan prioritas masalah keluarga yang membutuhkan bantuan segera.
VIII.
Pemeriksaan Kesehatan Setiap Anggota Keluarga
§
Lakukan
pengkajian kesehatan secara individual pada seluruh anggota keluarga,
sebagaimana pelaksanaan pengkajian data klien keperawatan klinis.
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Ibu Hamil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas:
trimester I (1 –
14 minggu)
trimester II (14
– 28 minggu)
trimester III (28
– 42 minggu).
B. Konsep Perkembangan
B. Konsep Perkembangan
Perkembangan / Perubahan Fisik
1. Perubahan pada Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai berikut.
a Payudara membesar, tegang dan sakit
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae sekunder
d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
7. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perkembangan / Perubahan Psikologis.
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
Trimester I
meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
Trimester II
meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan
berpusat pada diri sendiri.
Trimester III
meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu
B. Masalah yang sering terjadi
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.
2. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual,
dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.
C. Tugas Perkembangan
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
a. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
b. Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984).
2. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
3. Hubungan Ibu – Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975).
Persiapan melahirkan, banyak wanita khususnya nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4. Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari sang anak (Richardson,1983), karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983).
Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
5. Kesiapan untuk melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu.
Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar