KEBUTUHAN ELIMINASI
A. Latar
Belakang
Eliminasi
merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme
pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena
dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium /
keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin
secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ;
jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi
kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus
mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi
sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
Tujuan
Pembelajaran:
- Mengetahui konsep eliminasi dan metabolisme tubu
- Mengetahui fisiologi proses eliminasi dalam tubuh
- Mengetahui gangguan eliminasi urine dalam tubuh
- Mengetahui masalah dalam eliminasi fecal
- Mangetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada proses eliminasi.
- B. Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urine
Faktor yg
Mempengaruhi Eliminasi Urine
- Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan
tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah
urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
- Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan
mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah urine.
3. Gaya
Hidup
Perubahan
gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya
terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4. Stres
Psikologis
Meningkatnya
stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
5. Tingkat
Aktivitas
Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya
tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih
menurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat
Perkembangan
Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. hal
tersebut
dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang
air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang
airkecil
7. Kondisi
Penyakit
Kondisi
penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8.
Sosiokultural
Budaya dapat
memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada
masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan
Seseorang
Seseorang
yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan
melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus
Otot
Tonus otot
yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot
kandung
kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontirolan
pengeluaran urine.
11.
Pembedahan
Efek pembedahan
dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi
glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari
12.
Pengobatan
Pemberian
tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan
-proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah
urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
13.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik ini juga dap’at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih
seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan
sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan
edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar