A. PENDAHULUAN
Katarak
merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat
perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti
dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.
Katarak
dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
- Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif,
- Katarak congenital, juvenil, dan senile
- Katarak komplikata
- Katarak traumatic
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
- Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
- Sekunder, akibat tindakan Pembedahan lensa
- Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :
-
Katarak
congenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
-
Katarak
juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun.
-
Katarak
presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
-
Katarak
senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
B. ETIOLOGI
Penyebab
utama katarak adalah proses penuaan . Anak dapat menderita katarak yang
biasanya merupakan penyakit yng diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.
Berbagai
faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat
mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat
tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan
alkoho, gizi kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat
yang dipergunakan untuk penyakit
tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin,
klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan
beberapa obat lainnya.
Penyakit
infeksi tertentu dan penyakit seperti DM, dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
Cedera
mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong,
panas yang tinggi, bahan Kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini di
sebut sebagai katarak traumatic.
C. PATOFISIOLOGI
Lensa
yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan
fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan
pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi.
Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
D. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Katarak
didiagnosisterutama dengan gejala subjektif. Biasanyaaa, pasien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop.
Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan
abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan
ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia),
dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.
Orang
dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya
ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung
menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Seorang
dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk menentukan tipe,
besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari mata
diperiksa dengan alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di
mata yang mungkin juga merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan.
Bila
diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang
dokter mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya
mendapatkan pemeriksaan mata setiap 1 tahun.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketakutan atau ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan.
Tujuan :
- Menurunkan stres emosional, ketakutan dan depresi.
- Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
Intervensi :
- Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman.
Rasional : Informasi
dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui. Mekanisme koping dapat
membantu pasien berkompromi dengan kegusara, ketakutan, depresi, tegang,
keputusasaan, kemarahan, dan penolakan.
- Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.
Rasional : Pengenalan
terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan
keamanan.
- Menjelaskan rutinitas perioperatif.
Rasional : Pasien
yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan
mematuhi instruksi.
- Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya.
Rasional : Pasien yang mengalami gangguan visual
bergantung pada masukan indera yang lain untik mendapatkan informasi.
- Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.
Rasional
: Perawatan diri dan kemandirian
akan meningkatkan rasa sehat.
- Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
Rasional : Pasien
mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dari perawatan
diri.
- Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (pengunjung, radio, rekaman audio, TV, kerajinan tangan, permainan).
Rasional : Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu
lama dapat menimbulkan perasaan negatif.
2. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan pandangan
kabur
Tujuan : Pencegahan
cedera.
Intervensi
:
- Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera
ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk
kerusakan penglihatan.
- Bantu pasien menata lingkungan.
Rasional : Memanfasilitasi kemandirian dan
menurunkan resiko cedera.
- Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas
dalam lingkungan.
- Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan
Rasional : Tameng l;ogam atau kaca mata
melindungi mata terhadap cedera.
- Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
Rasional : Tekanan pada mata dapat menyebabkan
kerusakan serius lebih lanjut.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketika
memberikan obat mata.
Rasional
: Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi dan
peningkatan TIO
Tujuan : Pengurangan nyeri dan TIO.
Intervensi :
- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep.
Rasional : Pemakaian sesuai resep akan
Mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa nyaman.
- Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul.
Rasional : mengurangi edema akan mengurangi
nyeri.
- Kurangi tingkat pencayahaan
Rasional : Tingkat Pencahayaan yang lebih
rendah lebih nyakan setelah Pembedahan.
- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.
Rasioanal : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa
tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.
4. Potensial
terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
Inventensi
:
1. Beri instruksi kepada pasien atau orang
terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera
kepada dokter.
Rasional : Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
2. Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk
pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat.
Rasional : Pemakaian teknik yang benar akan
mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
3. Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
Rasional : Sumber daya harus tersedia untuk
layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah.
4. Ajari pasien dan keluarga teknik panduan
penglihatan.
Rasional : Memungkinkan tindakan
yang aman dalam lingkungan.
5. Resiko tinggi terhadap Infeksi b.d trauma insisi
Tujuan : Komplikasi dapat dihindari atau segera dilaporkan kepada dokter.
Inventasi :
1. Jaga teknik aseptic ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkin.
Rasional : Akan meminimalkan infeksi.
2. Awasi dan laporkan segera adanya tanda dan gejala komplikasi, misalnya : perdarahan, peningkatan TIO atau infeksi.
Rasional : Penemuan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kehilangan penglihatan permanen.
- Jelaskan posisi yang dianjurkan.
Rasional : Peninggian kepala dan menghindari
berbaring pada sisi yang di operasi dapat mengurangi edema.
- Instruksikan pasien mengenal pembatasan aktivitas tirah baring, dengan keleluasaan ke kamar mandi, peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransi.
Rasional : Pembatasan aktivitas diresepkan
untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata
yang cedera.
- Jelaskan tindakan yang harus dihindari, seperti yang diresepkan batuk, bersin, muntah (minta obat untuk itu).
Rasional : Dapat mengakibatkan komplikasi
seperti prolaps vitreus atau dehisensi luka akibat peningkatan tegangan luka
pada jahitan yang sangat halus.
- Berikan obat sesuai resep, sesuai teknik yang diresepkan.
Rasional : Obat yang diberikan dengan cara
yang tidak sesuai dengan resep dapat mengganggu penyembuhan atau menyebabkan
komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar