Kamis, 19 Desember 2013

ASKEP HIPOTIROIDISME



Pengertian

            Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini  terjadi akibat kadar hormon tiroid berada di bawah nilai optimal.
            Tipe hipotiroidiseme yaitu :
J   Hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri
J   Hipotiroidisme  sentral, apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya. Hipotiroidisme sentral dapat disebut sebagai hipotiroidisme sekunder atau pitutaria juka sepenuhnya disebabkan oleh kelainan hipofisis, dan  hipotiroidisme tertier atau hipotalamus jika ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulasi oleh TRH.

Etiologi


Primer : congenital, idiopatik, defisiensi iodiom tiroiditas kronis, tirotoksin

Sekunder/tersier : disfungsi hypofisa atau hypothalamus

Iatrogenik : iodineradioaktif, pembedahan tiroid, obat anti tiroid.

Patifisiologi


            Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat, maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan  sekresi hormon kelenjar tiroid akan  menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolic yang dipengaruhi adalah :
  1. Penurunan produksi asam lambung
  2. Penurunan motilitas usus
  3. Penurunan detak jantung
  4. Gabgguan fungsi neurologik
  5. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglikans hidrophilik di rongga intestisial seperti rongga pleura, cardiac dan abdominal sbagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosis yang tidak optimale sebagai dampak dari penurunan hormon tiroid memungkinkam klien mengalami anemia.
Secara garis besar dampak hipotiroidisme terhadap berbagai system tubuh sebagai berikut :
1.      System integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal ; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal ; rambut kering, kasar ; rambut rontok dan pertumbuhannya  buruk.
2.      Sistem pulmonary seperti hipoventilasi, pleural effusion, dispnea.
3.      Sistem  kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktivitas menurun.
4.      metabolic seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5.      Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6.      Sistem neurologis seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, kurang perhatian, lethargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.
7.      Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan,obstipasi, distensi abdomen.
8.      Sistem reproduksi, pada wanita : perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, anovulasi, dan penurunan libido. Pada pria : penurunan libido dan impotensia.
9.      Psikologi  / emosi ; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku mania.


Manifestasi Klinik


Gejala dini hypotiroidisme tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrim menyulitkan penderita mengerjakan pekerjaan sehari-hari secara penuh atau ikut serta dalam aktivitas yang lazim dialakukannya.

            Tanda-tanda dan gejala karena defisiensi T3 dan T4 menimbulkan penurunan fungsi metabolik normal yang dikotrol oleh hormon-hormon ini.. Biasanya  periubahan faktor fisologi terjadi secara lambat dan awal. Gejala-gejala yang timbul tidak jelas (kelelahan, kelemahan, letargi, teloransi terhadap dingin, tubuh lebam, mengantuk, konsultasi, kulit kering ronntokl, infertilitas, penurunan libido, penurunan suhu  tubnuh, menoragi pada wanita muda. Myxedema merupankan hypotiroidisme yang berat perlambatan fungsi metabolic dan akumulasi cairan yang hebat menimbulkan gambaran mexedema yang khas.
            Karekteristik hypotiroidisme berbeda-beda tergantung usia pada saat penyakit timbul dan beratnya defisiensi. Terdapat penimbulan asam hyaluronat dan perubahan substansi dasar menimbulkan edema mucinous. Keadaan ini bertanggung jawab terhadap terjadinya penebalan jaringan tangan kaki dan lidah serta jaringan sekitar mata dan terhadfap timbulnya efusi pleura, pericardium dan sendi.
            Wajah yang khas pada myxedema berkulit kasar, mudah memar, (karena peningkatan fraginitas kapiler) dan pucat serta kuning (karena anemia dan hiperkarotenemia). Rambut mudah kusam, kering dan mudah putus. Proses mental berjalan lambat, kehilangan inisiatif, defisit memori, dan bahasa yang kacau, somnolen, konfius bahkan dimensia dapat terjadi. Kekacauan otot dan sendi srring terjadi, selera makan menurun dan penurunan pristaltik yang menyebabkan konstipasi. Meskipun terjadi perubahan yang hebat pada beberapa individu tampaknya tidak perduli dengan perubahan fungsi fisik, dan tingkah laku yang mereka alami.
            Disfungsi kardiovaskuler merupakan keadaan yang serius yang terjadi pada hipotiroidisme yang tidak diobati. Disamping bradikardi mungkin pula terdapat peningkatan tekanan darah diastolik, dan efusi perikardial, efusi pleura, asites, jantung membesar, selain itu semua fungsi tubuh melambat, refleks tendon dalam berkurang, dan mungkin pula terdapat efusi sendi.
Koma  myxedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkan diri.

Penatalaksanaan medik umum

      Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang,misalnya : Levotiroksin sintetik (synthroid atau levothroid). Dosis terapi  pengantian hormonan didasarkan pada kosnsentrasi TSH  dalam serum pasien.
      Pada  hipotiroidisme yang berat dan koma mexedema, penatalaksanaannya mencakup pemeliharaan berbagai fungsi vital. Pengukuran gas darah arteri untuk memandu pelaksanaan bantuan ventilasi untuk mengatasi hipoventilasi. Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air. Jika terdapat hipoglikemia yang nyata, Infus larutan glukosa pekat dapat dilakukan untuk memberikan glukosa tanpa menimbulkan kelebihan cairan

Penatalaksanaan Keperawatan

      Modifikasi aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami  pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga berat . Sebagai akibatnya,resiko komplikasi akibat imobilisasi akan meningkat sehinga aktivitas pasien terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat tiroidisme.Peran perawat yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas  yangmasih berada dalam batas-batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilasasi.
      Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda –tanda vital dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi : 1) kemunduran status fisik serta mental 2) gejala peningkatan laju metabolic akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistim kardiovaskuler dan pernapasan 3) keterbatasan dan komplisi mexedema yang berkelanjutan.
      Pengaturan suhu. Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita inteloransi yang ekstrim terdapat hawa dingin ektra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindugi dari hembusan angin.
      Dukungan emosional. Penderita hipotiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis yang sering dijumpai pada penyakit ini. Pasien dan keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan bagian dari kelainan itu sendiri, sehingga pasien dan keluarga memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang muncul
      Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.  Pasien dan keluarganya sering sangat perihatin terhadap perubahan yang  mereka saksikan akibat hipotiroid. Sering kita harus menentramkan kembali pasioen dan keluarganya dengan menjelaskan bahwa banyak diantara gejala tersebut akan menghilang setelah terapi berhasil dilakukan selain itu pasien harus diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan meskipun gejala sudah membaik, intruksi diet untuk meningkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk mempercepat pemulihan pola defekasi normal. Menjelaskan tujuan terapi , program pengobatan serta efek samping harus disampaikan kepada dokter.










































ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian data dasar

1.      Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab.
Q  Tiroidektomi subtotal
Q  Terapi  radioiodin
Q  Takar lajak obat-obat antitiroid

2.      Menanyakan tentang perubahan fungsi seksual
Q  Penuruna fungsi libido
Q  Impotensi dan infertilitas
Q  Abnormaslitas menstruasi (amenore,)

3.      Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian umum
Q  Perubahan kulit atau kuku (kering, kulit kasar, dan tebal, kuku rapuh)
Q  Rambut rontok
Q  Perubahan kardiovaskular (bradikardi)
Q  Perubahan GI (anoreksia, konstipasi, penambahan berat badan)
Q  Perubahan neurologis (pada awalnya somnolen, dan peka rangsang berlanjut sampai apatis dan lethargi, kelelahan ekstrem, bicara lambat, defisist memori, gerakan lambat, hiporefleksi tendon)
Q  Perubajhan metabolic (intoleransii terhadap dingin)
Q  Penampilan umum (penampilan wajah gembung, penebalan jaringan pada tangan dan kaki, pembesaran lidah)

4.      Pemeriksaan diagnostik
Q  Kadar T3 dan T4 serum dibawa rentang normal
Q  JDL menunjukkan anemia (SDM, HB,dan hematokrit dibawa kadar normal)

5.      Kaji perasaan pasien dan masalah tentang kondisi dan dampak gaya hidup.
6.      Kaji tentang pemahaman tentang kondisi dan tindakan-tindakan.


Diagnosa keperawatan dan intervensi                                                                                                                                                                                                                                                                           

1.      Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif
      Tujuan : meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
      Intervensi :
J  Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istrahat dan latihan yang dapat ditolerir (mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat )
J  Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah (memberi kesempatan pada  pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri)
J  Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress (meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada [asien)
J  Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.(menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang)

2.      Perubahan suhu tubuh
      Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang normal
      Intervensi :
J  Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut (meminimalkan kehilangan panas)
J  Hindari dan cegah pernggunaan sumber panas dari luar(misalnya bantal pemanas, selimut listrik, atau penghangat) (mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolasp vascular)
J  Lingdungi terhadap pajangan hawa dingin dan hembusan angin (meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas)
     
3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal
      Tujuan : pemulihan fungsi usus yang normal
      Intervensi :
J  Doromg peningkatan asupan cairan dalam batas-batas restriksi cairan (meminimalkan kehilangan panas)
J  Berikan makanan yang kaya akan serat (meningkatkan massa feses dan frekwensi buang air besar)
J  Ajarkan pada pasien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air (memberikan rasional peningkatan asupan cairan kepada pasien)
J  Doromg pasien untuk meningkatkan mobilitas dalam batas-batas toleransi latihan (meningkatkan evakuasi usus)
J  Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya bila diperlukan saja (meminimalkan ketergantungan pasien pada pencahar serta enema, dan dorong pola evakuasi usus yang normal)

4.      Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
Tujuan : pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan
Intervensi :
J  Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi pengganti hormon tiroid (memberikan rasional penggunaan terapi pengganti hormon tiroid seperti yand diresepkan, kepada pasien )
J  Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien (mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid)
J  Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid (memastikan bahwa obat digunakan seperti yang direspkan.)
J  Uraikan tanda-tanda dan gejala permberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang (berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi)
J  Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluyarganya (meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipotiroid atau hipertiroid akan dapat dideteksi dan diobati)

5.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
      Tujuan : perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas normal
      Intervensi :
J  Pantau frekuensi, kedalaman, pola pernapasan;oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial (mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intervensi)
J  Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk (mencegah atelektasis dan meningkatkan pernapasan yang adekuat)
J  Berikan obat (hipnotik dan sedatif) dengan hati-hati. (pasien hipotiroldisme sangat sangat rentan terhadap ganguan pernapasan akibat penggunaan obat golongan hipnotik-sedatif)
J  Pelihara saluran nafas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi bila diperlukan (penggunaan saluran nafas artificial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan bila terjadi depresi pernafasan)

6.      Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskular serta pernafasan
J  Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.(memudahkan orientasi rialitas kepada pasien)
J  Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam (memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stress).
J  Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dari proses penyakit (meyakinkan pasien dan keluarga tentang prubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat)
J  Pantau proses kognitif serta mental dari responnya terhadap pengobatan serta terapi lainnya (memungkinkan evaluasi terhadap efektifitas pengobatan)

7.      masalah kolaboratif : mixedemedan koma mixedeme
J  pantau pasien akan adanya peningkatan akan adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipotiroidisme (hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan mengakibatkan mixedema, koma mexedema dan pelambatan seluruh system tubuh)
J  Dukungan dengan ventilasi jika terjadi depresi dan kegagalan pernafasan. (dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran nafas)
J  Berikan obat (misalnya hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati. (metabolisme yang lambat dan etherosklerosis pada mixedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian toksin)
J  Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu (minimalkan resiko yang berkaitan dengan immobilisasi)
J  Hindari penggunaan obat-oabt golongan hipnotik, sedatif dan anlgetik (perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema)






DAFTAR PUSTAKA

1.      Marilynn E Doenges, dkk, Nursing Care Plans, edisi 2, F.A Davis Company.Philadelphia,  1984.
2.      Purnawan Junadi, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 2, Media Aesculapius FK UI, Jakarta, 1982.
3.      Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah, jilid 3, terjemahan, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung, 1996.
4.      Hotma Rumaharbo, S.Kp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganguan Sistim Endokrin, EGC, 1999.
5.      K. Murray, dkk. Biokimia Harper, Edisi 24 EGC. 1999.
6.      Brunner dan Suddarth dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume       , EGC, 200  .
7.      Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC, Jakarta, 1998.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar