GAGAL JANTUNG KONGESTIF
(CHF)
- Anatomi Fisiologi
Jantung terletak dalam mediastinum
di rongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru, pericardium yang meliputi
jantung terdiri dari 2 lapisan :
pericardium viceralis dan pericardium parietalis. Jantung sendiri terdiri dari
tiga lapisan : epikardium, miokardium dan endokardium.
Atrium secara anatomi terpisah dari
ruang jantung bawah (ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katub
jantung terletak dalam ruang ini.
Katub jantung berfungsi memprtahankan
aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung . Ada dua jenis katub : katub
atrioventrikularis yang memisahkan
atrium dan ventrikel dan katub
semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis
dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan.
Anulus fibrosus diantara atrium dan
ventrikuler memisahkan ruangan ruangan ini
baik secara natomis maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan
sinkron , serta kontraksi otot jantung , terdapat jalur konduksi khusus dalam
miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan
impuls secara spontan.
2.
Ritmisasi : pembangkitan impuls
yang teratur.
3.
Konduktivitas : kemampuan untuk
menyalurkan impuls.
4.
Daya rangsang : kemampuan untuk
menanggapi stimulasi.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi
dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium mellui cabang-cabang
intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibat dari penyakit
jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi arteri
koronaria keotot jantung dan sistem penghantar.
Sistem kardiovaskuler banyak
dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom yaitu simpatis dan
parasimpatis dengan efek yang saling berlawanan dan bekerja bertolak belakang.
B.
Pengertian
Gagal jantung adalah keadaan
patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan
darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini
adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh,
kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium
; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme
kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi
gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih
bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan
ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan
dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang
mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam
volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
Gagal jantung kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi
akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif
perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang
hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada
gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang
berlebihan atau anuria.
C.
Etiologi dan Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi
yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban
akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum
ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis
aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu
perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat
berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan
penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang
mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal
jantung.
D.
Patofisiologi
Kelaina intrinsic pada
kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung
iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat
meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru.
Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi
pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik
atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan
katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional
dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau
perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi
sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal
jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas
adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal
akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung.
Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan
istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel
dan menurunnya curah jntung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring
efektif.
E.
Penanganan
Gagal jantung ditngani dengan
tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif
terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar
sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban
akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas
biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon
klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan
menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah
sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang
ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus
diperhatikan jngn sampai memaksakan lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan
otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat
meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas
yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad
pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
EKG : Hipertrofi atrial atau
ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat.
Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6
minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
2.
Sonogram : Dapat menunjukkan
dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are
penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi
dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal
merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi
kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri
kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal
dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
G.
Rencan Asuhan Keperawatan
Gagal serambi kiri/kanan dari
jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan
sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya
dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Dasar
Data Pengkajian Klien
a.
Aktivitas/istirahat
☺ Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri
dada dengan aktivitas, dispnea pad
istirahat atau
pada pengerhan tenaga.
☺ Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,
tanda vital berubah pad aktivitas.
b.
Sirkulasi
☺ Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut,
episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis,
anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
☺ Tanda : TD ; mungkin rendah
(gagal pemompaan).
Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
Irama Jantung ; Disritmia.
Frekuensi jantung ; Takikardia.
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar
dan merubah
posisi secara inferior ke kiri.
Bunyi jantung ;
S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
Murmur sistolik
dan diastolic.
Warna ;
kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
Punggung kuku ;
pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat.
Hepar ;
pembesaran/dapat teraba.
Bunyi napas ;
krekels, ronkhi.
Edema ; mungkin
dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
c.
Integritas ego
☺ Gejala :
Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan
finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
☺ Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
d.
Eliminasi
☺ Gejala :
Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
e.
Makanan/cairan
☺ Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
☺ Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f.
Higiene
☺ Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan
diri.
☺ Tanda : Penampilan
menandakan kelalaian perawatan personal.
g.
Neurosensori
☺ Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
☺ Tanda :
Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
h.
Nyeri/Kenyamanan
☺ Gejala :
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
☺ Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi
diri.
i.Pernapasan
☺ Gejala :
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk
dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
☺ Tanda :
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah
muda/berbuih (edema pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan,
letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j.Keamanan
☺ Gejala :
Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
k.
Interaksi sosial
☺ Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
h.
Pembelajaran/pengajaran
☺ Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya :
penyekat saluran kalsium.
☺ Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
;
1)
Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik
2) Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik
3)
Perubahan structural
Ditandai
dengan ;
1)
Peningkatan frekuensi jantung
(takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
2) Perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi).
3)
Bunyi ekstra (S3 & S4)
4)
Penurunan keluaran urine
5)
Nadi perifer tidak teraba
6)
Kulit dingin kusam
7)
Ortopnea,krakles, pembesaran
hepar, edema dan nyeri dada.
Hasil
yang diharapkan/evaluasi, klien akan :
1)
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala
gagal jantung
2)
Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
3)Ikut
serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
1)
Auskultasi nadi apical ; kaji
frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi
(meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas
ventrikel.
2)
Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan
S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi/stenosis katup.
3)
Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse
alternan.
4)
Pantau TD
Rasional : Pada
GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh
tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
5) Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat
menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh
jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori
GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan
kongesti vena.
6) Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker dan obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
Rasional :
Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
b.
Aktivitas
intoleran berhubungan dengan :
1) Ketidak seimbangan antar suplai okigen.
2)
Kelemahan umum
3)
Tirah baring
lama/immobilisasi.
Ditandai
dengan :
1)
Kelemahan, kelelahan
2)
Perubahan tanda vital, adanya
disrirmia
3)
Dispnea, pucat, berkeringat.
Hasil yang diharapkan/criteria
evaluasi, klien akan :
1)
Berpartisipasi pad ktivitas
yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri.
2)
Mencapai peningkatan toleransi
aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
Intervensi
1)
Periksa tanda vital sebelum dan
segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic
dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat
terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2)
Catat respons kardiopulmonal
terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.
3)
Evaluasi peningkatan intoleran
aktivitas.
Rasional : Dapat
menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada
kelebihan aktivitas.
4)
Implementasi program
rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional :
Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi
jantung tidak dapat membaik kembali,
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
: menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya
produksi ADH dan retensi natrium/air.
Ditandai dengan :
1)
Ortopnea, bunyi jantung S3
2)
Oliguria, edema.
3)
Peningkatan berat badan,
hipertensi
4) Distres pernapasan, bunyi jantung
abnormal.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1)
Mendemonstrasikan volume cairan
stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas,
tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada
edema.
2)
Menyatakan pemahaman tentang
pembatasan cairan individual.
Intervensi :
1)
Pantau pengeluaran urine, catat
jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional :
Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.
Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat
ditingkatkan
selama tirah baring.
2) Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan
pengeluaran selama 24 jam
Rasional :
Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
3) Pertahakan duduk atau tirah baring dengan
posisi semifowler selama fase akut.
Rasional :
Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
4) Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional
: Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
5) Kaji bisisng usus. Catat keluhan
anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional :
Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
6)
Pemberian obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
7)
Konsul dengan ahli diet.
Rasional :
perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
d. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Hasil yang diharapkan/criteria
evaluasi, klien akan :
1)
Mendemonstrasikan ventilasi dan
oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernapasan.
2)
Berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
1)
Pantau bunyi nafas, catat
krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
2) Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif,
nafas dalam.
Rasional
: membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
oksigen.
3)
Dorong perubahan posisi.
Rasional
: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4)
Kolaborasi dalam
-
Pantau/gambarkan seri GDA, nadi
oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi
berat selama edema
paru.
-
Berikan obat/oksigen tambahan
sesuai indikasi
e.
Resiko tinggi
terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema
dan penurunan perfusi jaringan.
Hasil yang diharapkan/criteria
evaluasi, klien akan :
1)
Mempertahankan integritas kulit
2)
Mendemonstrasikan
perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
1)
Pantau kulit, catat penonjolan
tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan
sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2)
Pijat
area kemerahan atau yang memutih
Rasional :
meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
3)
Ubah posisi sering ditempat
tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu
area yang
mengganggu aliran darah.
4)
Berikan perawtan kulit,
minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab
merusak kulit/mempercepat
kerusakan.
5)
Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan
kulit/terjadinya infeksi..
f.
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan
persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Ditandai dengan :
1)
Pertanyaan masalah/kesalahan
persepsi
2) Terulangnya episode GJK yang dapat
dicegah.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klin
akan :
1)
Mengidentifikasi hubungan
terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
2)
Mengidentifikasi stress
pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
3)
Melakukan
perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
1)
Diskusikan fungsi jantung
normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan
harapan dapat
memudahkan ketaatan pada
program pengobatan.
2)
Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan
program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa
lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
3)
Anjurkan makanan diet pada pagi
hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk
efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
4) Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok
pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat
menambahkan bantuan dengan pemantauan
sendiri/penatalaksanaan
dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah
(Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450
Doenges
Marilynn E, Rencana
Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 –
64 & 240 – 249.
Junadi P, Atiek
SS, Husna A, Kapita selekta
Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982,
Hal.206 - 208
Wilson Lorraine
M, Patofisiologi
(Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2,
Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar